Perkembangan Pendidikan Islam Pada Dinasti Safawiyah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada abad pertengahan islam telah
muncul beberapa kerajaan yang memiliki kekuasaan yang hebat yang mampu
menaklukkan kerajaan agama lain salah satu kerajaan islam yang kuat adalah
kerajaan safawi di persia. Pendidikan yang di berlangsungkan di persia pada
masa itu sangatlah besar dan menghasilkan mazhab syiah yang luar bisa. Kerajaan Safawi berdiri setelah kerajaan Usmani
mencapai puncak kemajuan. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat
yang berdiri di Ardabil, sebuah koya di Azerbayjan. Nama Safawiyah di ambil
dari pendirinya yang bernama Syafi al-Din (1252-1334 M).
Di dalam sejarah
islam tercatat bahwa bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban
tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak
mengherankan pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Kerajaan Safawi berdiri setelah
kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaan. Kerajaan safawi berasal dari
tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Nama Safawiyah
diambil dari pendirinya yang berrnama Safi al-Din (1252-1334). Safi al-Din
merupakan keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya,
dan juga keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa al-Khazim. Gurunya bernama
Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidi yang sering dikenal dengan Zahid al-Gilani.
Karena prestasinya ia diambil menantu oleh gurunya. Ia mendirikan tarekat
Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat pada
tahun 1301 M. Safi al-Din mengubah
bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf menjadi gerakan yang besar
pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatoli.
Dinasti Safawi memperluas geraknya
dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan pada masa
kepemimpinan Juneis (1447-1460). Perluasan gerakan ini menimbulkan konflik
antara Juneis dan penguasa Kara Koyuntu (Domba Hitam), salah satu suku bangsa
Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik itu Juneid kalah dan
diasingkan di suatu tempat. Di tempat baru ia mendapatkan perlindungan dari
penguasa Diyar Bakr, AK Koyunlu (Domba Putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia
tinggal didistana Uzun Hasan yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Selama dalam pengangsingan ia
menghimpun kekuatan untuk beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan, ia juga
berhasil mempersunting salah seorang saudara Uzun Hasan. Pada tahun 1459 Juneid
mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 ia mencoba merebut
Sircassia namun gagal dan ia tewas.
Usaha pembentukan dinasti Safawi
baru berhasil pada zaman Ismail. Pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menyerang
dan mengalahkan AK Koyunlu di Shafur. Dan berhasil menaklukan dan mendudukinya
Tibris, ibu kota AK Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamasikan berdirinya
dinasti Safawi, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai raja pertama, yang
sering disebut dengan Ismal I.
B. RUMUSAN
MASALAH
- Pengertian Nama Safawiah
- Proses Pembentukan Kerajaan Safawi
3.
Masa
Berdirinya
- Perkembangan Kerajaan Safawi
- Perubahan dari Sistem Sosial-Organik ke Sistem Religio-Politik
6.
Kejayaan kerajaan Safawiyah
7.
Pendidikan
Pada Masa Pemerintahan Safawiyah
- Guru Yang Mengajar Pada Pendidikan Safawiyah
9. Kemajuan
Yang Dicapai Kerajaan Safawi
- Kurikulum Yang Di Pakai
- Sarana Dan Prasarana Pada Masa Safawi
12.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawiyah
C. TUJUAN DAN MANFAAT
PENULISAN
1. Sebagai
salah satu pemenuhan tugas kelompok dari mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
2. Menambah
wawasan pengetahuan kita mengenai Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa
Dinasti Safawiyah.
3. Kita dapat mengetahui Pola
pendidikan yang bagai mana yag di jalankan di masa safawi.
4. Dapat mengetahui Kurikulum yang
bagaimana yang di pakai di safawi di persia.
5. Kita dapat mengetahui Sarana dan
prasarana apa yang digunakan pada pendidikan di persia
6. Dapat mengetahui ulama atau guru
yang mengajar pada pendidikan di persia
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Nama safawiah
Nama safawiyah dinisbatkan kepada
nama salah seorang guru sufi di Ardabil, yaitu Syeikh Ishak Safiuddin. Menurut
riwayat ia adalah keturunan dari musa al-Kadhim, imam ketujuh Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.
Ia adalah keturunan Ali bin Abi Thalib.Ia mendirikan tarekat di Ardabil,
Azerbaijan yang kemudian di beri nama Safawiyah. Pada mulanya gerakan tarekat
yang dipimpinnya bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar terhadap
ajaran agama dan “ahli bid’ah”. Tarekat ini berkembang di daerah-daerah di mana
terdapat heterodoksi, khususnya syi’ah. Oleh karena itu, di sepanjang abad
ke-15 tarekat ini terang-terangan menunjukkan kesyi’ahannya.
Berbeda dengan dua kerajaan islam
lainnya (Usmani dan Mughal) Kerajaan Safawi menyatakan, syiah sebagai mazhab
Negara dan dan dalam tujuan pendidikan. Sehingga kerajaan ini dianggap sebagai
pelekat pertama dasar terbentuknya Negara Iran saat ini.
Berdasarkan idiologi pemikeran syiah
pada masa kerajaan safawa inilah maka pendidikan pada saat itu menjadi
cenderung sebagai sarana untuk menyampaikan idiolagi pemiiran itu, maka
kebijakan pendidikan pemimpin pada saat itu pun lebih mengutamakan pada
kepentingan idiologi dari yang dipahami, lalu di sampaikan.
B. Proses
Pembentukan Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi berdiri secara resmi
di Persia pada 1501 M. Namun kerajaan ini tidak berdiri sendiri. Peristiwa
tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu
yang cukup panjang. Yakni kurang lebih 2 abad, waktu yang brahi sama dengan
usia kerajaan Safawi. Cikal bakal Safawi tumbuh lambat laun, tapi pasti menuju
zaman yang penuh dengan muatan historis yang sangat penting.
Secara etimologis nama kerajaan
“Safawi” berasal dari kata Safi yang diambil nama seorang sufi bernama Safi
Al-din Ishaq Al-Ardabili lahir pada tahun 1252 M pendiri tarekat Safawiyah dan
bukan dari kata sufi. 6 tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, ia
lahir di kota Ardabil sebuah kota paling Timur dari Azerbaijan. Sejak kecil ia
sudah menggemari amalan keagamaan dan kehidupan sufistik.
Pada usia 25 tahun ia belajar pada
seorang sufi bernama Zahid Tajuddin, di Jailan dekat laut Kaspia. Kurang lebih
selama 25 tahun, kemudian beliau diangkat menjadi menantu, setelah gurunya
wafat ia mengantikan kedudukan gurunya sebagai guru tarekat, tarekat ini
kemudian dikenal Tarekat Safawi yang berpusat di Ardabil.
Adapun mengenai asal usul keturunan
Safi Al-din masih menjadi problematika brahims al. “Menurut keluarga Safawi
Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili adalah keturunan dari Musa Al-Kazim imam ketujuh
dari Syiah Imam yang dua belas. Oleh karena itu, ia termasuk keturunan
Rasulullah SAW dari garis puterinya Fatimah. Namun menurut pendapat yang lain
Safi Al-din adalah penduduk asli Iran dari Kurdistan yang berbahasa Turki yang
di pakai di wilayah Azerbaijan, ia dianggap beraliran syiah tetapi juga sunni
yang bermazhab Syafi’I sedangkan penggantinya yang kedua Khawaja Ali merupakan
penganut syiah moderat.
Sebelum menjadi kerajaan, Safawi
mengalami 2 fase pertumbuhan pertama fase dimana safawi bergerak dibidang
keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik (brahim s).
Pada tahun 1301 – 1447 M gerakan
Safawi masih murni gerakan keagamaan dengan tarekat Safawiyah sebagai sarana,
tarekat ini mempunyai pengikut yang sangat besar hal ini terjadi karena pada
saat itu, umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan pasrah melihat anarki
politik yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan lewat sufisme, mereka
mendapat persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman dalam menjalin
persaudaraan antar muslim.
Pada fase pertama ini gerakan
tarekat Safawi tidak mencampuri masalah politik sehingga dia berjalan dengan
aman dan brahi baik pada masa Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur
Lenk. Dan dalam fase ini gerakan Safawi
mempunyai dua corak, pertama bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin
Ishaq (1301 – 1344) dan anaknya Sadruddin Musa (1344 – 1399), kedua berubah
menjadi Syiah pada masa Khawaja Ali (1399 – 1427). Perubahan ini terjadi karena
ada kemungkinan bertambahnya pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga
kepemimpinannya berusaha menyusuaian diri dengan aliran manyoritas
pendukungnya.
C.
Masa Berdirinya
Kerajan Safawi bermula dari gerakan
tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi
nama Safawiyah karena pendirinya bernama Syech Safuyudin Ishaq (1252-1334)
seorang guru agama yang lahir dari sebuah keluaraga Kurdi di Iran Utara. Beliau
merupakan anak murid seorang imam Sufi yiaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301,
dari Lahijan.) Safi Al-Din kemudiannya menukar Ajaran Sufi ini kepada Ajaran
Safawiyah sebagai tindak balas kepada pencerobohan tentera Mongol di wilayah
Azerbaijan.
Pada mulanya gerakan tasawuf
Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl
al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini
berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia,
Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar Ardabil inilah, Safi
al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar Khalifah untuk memimpin
murid-murid di daerahnya masing-masing.
Gerakan Safawi mewakili sebuah
kebangkitan Islam Populer yang menentang dominasi militer yang meresahkan dan
bersifat eksploitatif. Tidak seperti gerakan lainnya,gerakan Safawiyah
memprakarsai penaklukan Iran dan mendirikan sebuah baru yang berkuasa dari 1501
sampai 1722. Sang pendiri mengawali gerakannya dengan seruan untuk memurnikan
dan memulihkan kembali ajaran Islam.
Pada waktu kerajaan Turki Usmani
sudah mencapai puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri.
Namun pada kenyataannya, kerajaan ini dapat berkembang dengan cepat. Nama
safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat Sfawiyah menjadi gerakan politik
dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam
perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani
Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi brahims dipertahankan sampai menjadi gerakan politik. Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memiliki sufi sebagai jalan hidupnya. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuk, Safi Al-Din dijadikan menantu oleh gurunya Taj Al-Dinbrahim Zahidi (1216-1301 M).
Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi brahims dipertahankan sampai menjadi gerakan politik. Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memiliki sufi sebagai jalan hidupnya. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuk, Safi Al-Din dijadikan menantu oleh gurunya Taj Al-Dinbrahim Zahidi (1216-1301 M).
Safi Al-Din mendirikan tarkat
Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun
1361 M. Pengikut tarkat ini sangat teguh pada ajaran agamanya. Pada awalnya
gerakan Safawiyah bertuju memerangi orang – orang yang ingkar, kemudian
memerang golongan “Ahli – ahli tid’ah”. Bentuk tarkat itu dari pengajian
Tasawuf murni yang bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya
di Persia, Syiria, dan Andalusia. Berbeda dengan dua kerajaan islam lainnya (Usmani
dan Mughal) Kerajaan Safawi menyatakan, syiah sebagai mazhab Negara. Sehingga
kerajaan ini dianggap sebagai pelekat pertama dasar terbentuknya negara Iran
saat ini.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1) Isma’il I (1501-1524 M)
2) Tahmasp I (1524-1576 M)
3) Isma’il II (1576-1577 M)
4) Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5) Abbas I (1587-1628 M)
6) Safi Mirza (1628-1642 M)
7) Abbas II (1642-1667 M)
8) Sulaiman (1667-1694 M)
9) Husein I (1694-1722 M)
10) Tahmasp II (1722-1732 M)
11) Abbas III (1732-1736 M)
D. Perkembangan
Kerajaan Safawi
Ismail memerintah selama 23 tahun
(1501 – 1524). Selama sepuluh tahun pertama pemerintahannya, Ismail berhasil
memperluas wilayah pemerintahan sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan
sebelah Timur Fertile Creshen. Pada tahun 1502 M, Ismail telah menduduki
Sirwan, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak
Koyunlu di Hamadzan. Pada tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi Kaspia dari
Mazandaran dan Curgan. Diyar Bakr
ditaklukkan pada tahun 1505 M, dan Baghdad jatuh ketangannya pada tahun
1508 M. Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan
setelah terlibat dalam pertempuran dengan Syaibani Khan, raja Uzbek.
Kemenangan beruntun itu merupakan sukses mewujudkan kerajaan Safawi yang
membentang dari Heart (Harat) di Timur
sampai Diyar Bark di Barat.
Bahkan tidak sampai di situ saja,
ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke
daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail Berusaha merebut dan
mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M) tapi dalam peperangan
ini Ismail mengalami kekalahan, Turki di bawah pimpinan Sultan Salim dapat
menduduki Tabris. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani
ke Turki, karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya “
kekalahan ini membuat Ismail I berubah, ia lebih sering menyendiri, menempuh
kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini berdampak negatif pada Kerajaan
Safawi, hingga akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat
memimpin, antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat, keturunan Persia dan
Qizilbash”. “Penyebab utama terjadi peperangan antara Safawi dan Usmani menurut
Syalabi adalah pemaksaan faham Syi’ah terhadap mayoritas faham Sunni, dan lebih
kejam Ismail I telah membunuh ulama Sunni di daerah Irak. Sehingga turki merasa
terpanggil dengan kebiadaban Syi’ah”.
Sepeninggal Ismail I, permusuhan
dengan Kerajaan Usmani terus berlanjut, terjadi beberapa perang antara keduanya
yaitu pada masa Tahmasp 1 (1524-1576), Isamail II (1576-1577) dan Muhammad
Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja Safawi mengalami kelemahan, karena
sering berperang dengan kerajaan Usmani yang lebih kuat, dan juga sering
terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
Kerajaan Safawi bertahan lebih 2
abad dengan pemimpin sebagai berikut:
1)
Ismail
I (1501-1524 M)
2)
Tahmasap
I (1524-1576 M)
3)
Ismail
II (1576-1577 M)
4)
Muhammad
Khudabanda ( 1577-1587 M)
5)
Abbas
I ( 1587-1628 M)
6)
Safi
Mirza (1628-1642 M)
7)
Abbas
II (1642-1667 M)
8)
Sulaiman
(1667-1694 M)
9)
Husein
I (1694-1722 M)
10)
Tahmasap
II (1722-1732 M)
11)
Abbas
III (1732-1736 M)
Pada masa 1447 - 1501 M, gerakan
Safawi memasuki fase kedua yaitu sebagai gerakan politik. Kecenderungan
memasuki dunia politik terwujud pada masa kepemimpinan Juned (1447 - 1501 M).
Juned mengubahnya menjadi gerakan
politik revolusioner dengan tarekat Safawi sebagai sarananya.
Gerakan ini mulai terlibat dalam
konflik politik antara dua kerajaan Turki yang berkuasa saat itu. Kara Koyunlu
( Black Sheep) beraliran syiah berkuasa dibagian Timur dan Ak Koyunlu (White
sheep) beraliran Sunni berkuasa dibagian Barat di bawah imperum Usmani. Tarekat
Safawi memperluas tarekatnya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan
keagamaan. Perluasan ini menimbulkan konflik dengan Jahansyah penguasa Kara
Koyunlu pada tahun 1447 M Juned kalah dan diasingkan dari Ardabil.
Juned kemudian meminta suaka politik
pada raja Ak Koyunlu sekaligus mengadakan aliansi politik untuk bersama-bersama
menghadapi Kara Koyonlu. Hal ini dilakukannya untuk mendapatkan wilayah sebagai
baris gerakan Safawi.
Perubahan Safawi dari gerakan
keagamaan menjadi gerakan politik cukup menarik, karena sebagai tarekat sufi
yang lebih bersifat Ukhrawi kemudian menjadi duniawi (profan), faktor utama yang menyebabkan adanya perubahan tersebut
ada pada ajaran tarekat itu sendiri yaitu hubungan antara pemimpin tarekat
dengan pengikut-pengikutnya. Pemimpin tarekat yang disebut Mursyid mempunyai wakil di daerah-daerah tertentu tempat
pengikut-pengikutnya berada, anggota tarekat harus tunduk secara mutlak kepada
Mursyid dan wakilnya itu. Oleh karena itu, ikatan antara pemimpin dengan
pengikutnya sangat kuat sehingga semacam ada hierarki spiritual. Dalam tarekat
Safawi pemimpin yang meninggal dunia selalu digantikan oleh anaknya seperti
dalam kepemimpinan dinasti, ini menjadi modal dasar yang mendorong perubahan
tersebut jika pemimpin seperti Juned memiliki ambisi politik para pengikutnya
dapat disulap menjadi tentara yang fanatik dan mendukung ambisi politik
pemimpinnya.
Selama dalam suaka Ak Koyunlu baik
Juned maupun Haidar bin Juned telah melakukan kegiatan politik seperti Juned
menikahi saudara Uzun Hasan (Raja Ak Kayunlu). “Aliansi politik ini diperkuat
lagi dengan pernikahan Haidar bin Juned dengan Putri Uzun Hasan sendiri, dari
istrinya sendiri Despin Katrina, puteri Kaloo Juhannis, seorang raja Kristen
dipantai Timur Laut Hitam”. Tapi menurut buku Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban
Islam, dikatakan bahwa Haidar menikah dengan cucu Uzun Hasan bukan dengan putri
Uzun Hasan sendiri, dari perkawinan Haidar lahir Ali, Ismail dan Ibrahim, Ismail-lah
yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan Safawi dan menetapkan syiah sebagai
mazhab negara.
Pada tahun 1459 M Juned berusaha
menyerang Ardabil tetapi gagal kemudian pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut
Sircassia dan juga daerah Utara yang didiami orang Kristen Georgia tetapi
pasukan yang di pimpinnya di hadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam
pertumpuran tersebut.
Haidar pun mengikuti jejak ayahnya
ia membantu Ak Koyunlu menyerang Kara Koyunlu setelah Ak Koyunlu menumbangkan
Kara koyunlu pada tahun 1467 M, aliansi Safawi dengan Ak Koyunlu menjadi
guncang. Ak Koyunlu menganggap Safawi sebagai lawan politik yang dapat
membahayakan Ak Koyunlu.
Ketika Haidar mencoba merebut
Sisilia (Sirkasia) daerah-daerah Kristen di Utara dan Sirwan, Ak Koyunlu
mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan. Pasukan Haidar kalah ia pun
terbunuh. Kecenderungan Haidar menyerang
daerah-daerah Kristen di Utara di
mungkinkan untuk memperoleh daerah pijakan yang akan memperkuat basis politik
yang independen karena selama ini Safawi hanya merupakan dinasti politik
spiritual tanpa tanah air.
Meskipun Haidar belum mewujudkan
cita-cita gerakan Safawi namun ia sempat memberikan atribut kepada
pendukung-pendukungnya berupa serban merah yang berumbai 12, sehingga mereka
terkenal dengan sebutan Qizilbas (kepala
merah). Rumbai 12 yang menjadi lambang Syiah isna ‘asyar (12 imam) mempunyai
pengaruh yang besar dalam menanamkan fanatisme dan militansi para pengikut
syiah.
E.
Kejayaan
kerajaan Safawiyah
Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak
kerajaan safawiyah. Kemajuan-kemajuan yang dicapai antara lain sebagai berikut;
1)
Bidang
Politik
Abbas 1 mampu mengatasi berbagai
kemelut didalam negeri yang menganggu stabilitas negara dan berhasil merebut
kembali wolayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa kerajaan-kerajaan sebelumnya.
2)
Bidang
Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi
pada masa Abass 1 ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi,
lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai odan pelabuhan Gumrun diubah
menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur
dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda,
Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.Di samping
sektor perdagangan, kerajaan ini juga mengalami kemajuan terutama didaerah
Bulan Sabit Subur.
3)
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia
dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan ini
tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di
majlis Istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar
Al-Din Al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosoft,
ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai
kehidupan lebah-lebah. Dalamn bidang ini, kerajaan ini mungkin dapat dikatakan
lebih berhasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya pada masa yang sama.
4)
Bidang
Perkembangan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat puyla sdalam bentuk kerajaan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirilis sejak zaman Tahmasp 1. Raja Ismail 1 pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis ini bernama Bizhad.
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat puyla sdalam bentuk kerajaan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirilis sejak zaman Tahmasp 1. Raja Ismail 1 pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis ini bernama Bizhad.
F.
Pendidikan Pada Masa Pemerintahan
Safawiyah
Sepanjang sejarah Islam Persia di
kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis
istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din
al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang
kehidupan lebah.
Selain itu ada juga Bahauddin
al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli
matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi
matematika dan menulis naskah tentang matematika dan astronomiuntuk
menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli agama terhir dalam idlam yang juga
ahli matematika ternama. Dalam bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat
dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani.
Dalam sejarah Islam tercatat bahwa
bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa
mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga pada masa Kerajaan Safawi tradisi
keilmuan terus berlanjut. Dapat dikatakan Kerajan Safawi lebih berhasil dari
dua kerajaan Islam lainnya pada masa yang sama, yakni Kerajaan Turki Usmani dan
Kerajaan Mughal di India.
Terdapat sejumlah ilmuwan yang
selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi , generalis ilmu
pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi seorang filsuf, dan Muhammad Baqir Ibn
Muhammad Damad, seorang filsuf, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah
mengadakan observasi mengenai kehidupan
lebah-lebah.
Puncak kejayaan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan pendidikan Kerajaan Safawi terjadi pada zaman Syah Abbas I. Hal
ini dapat terlihat dari segi fisik material, yaitu keberhasilannya dalam
membangun 162 masjid dan 48 pusat pendidikan. Versi lain menyebutkan 162 masjid
dan 446 sekolah.
Sekolah dan lembaga pendidikan
tersebut sebagian besar dibangun atas perintah inisiatif para kerabat kerajaan.
Beberapa diantaranya adalah Dilaram Khanum (nenek dari Syah Abbas II) yang
mendirikan madrasah yang disebut small grandmother (nenek kecil) pada
tahun 1645-1946, dan madrasah (large grandmother) pada tahun 1647-1648.
Kedua madrasah ini diwakafkan sebagai dedikasinya pada pendidikan. Selain itu
terdapat pula putri Syah Safi, yakni Maryam Begum yang mendirikan madrasah pada
tahun 1703-1704 M. Selanjutnya Shahr Banu, adik perempuan Syah Husain mendirikan
madrasah bagi para pangeran.
Selain dibangun oleh para kerabat
kerajaan, madrasah dan berbagai fasilitas lainnya didirikan oleh para hartawan
dinasti Safawi, yaitu Zinat Begum, istri seorang fisikawan Hakim al-Mulk Ardistani
yang mendirikan madrasah Nim Avard pada tahun 1705-1706, dan Izzat al-Nisa
Khanun, seorang putri dari Qum Mirza Khan yang juga istri Mirza Muhammad Mahdi
yang mendirikan madrasah Mirza Husin pada tahun 1687-1688.
Selain mendirikan madrasah, dinasti
Safawi juga membangun kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang termasuk didalamnya
pembangunan dalam bidang filsafat yang berlanjut hinga zaman modern. Sisa-sisa
pembangunan ilmu pengetahuan dan peradaban dinasti Safawi ini masih dapat
dijumpai di berbagai kota di Iran. Misalya di kota Qum, terdapat berbagai
perguruan tinggi, universitas, serta tempat-tempat ilmiah lainnya, juga
terdapat berbagai perpustakaan yang menyimpan berbagai karya-karya penelitian
ilmiah dan juga manuskrip yang terus diteliti dan dikembangkan oleh pentahkik.
Di Mashhad terdapat masjid besar yang mengelilingi makam Imam Ali Ridha (Imam
ketujuh Syiah Istna Asyariah) dan terdapat perpustakaan besar yang menyimpan
karya ilmiah sekitar satu juta buku. Seluruh buku tersebut dibuatkan mikrofilmnya
dan dikubur dibawah tanah, untuk mengantisipasi jika terjadi musibah kebakaran,
sehingga buku-buku tersebut dapat diselamatkan.
Ilmu pengetahuan yang berkembang
pada masa ini banyak berkaitan dengan pemikiran teosofi dan filsafat, dan bukan
ilmu pengetahuan dalam pengertian secara umum. Pemikiran teosofi dan filsafat
tersebut lebih ditujukan sebagai penyatuan antara sufisme Gnostik dan beberapa
kepercayaan Syi’i. Hal itu berlangsung selama dua abad, yakni abad ke-16 hingga
17 M. Kajian yang menekankan sufisme Gnostik ini dapat dimengerti karena
dinasti Safawi dibangun oleh para tokoh ahli tasawuf. Selanjutnya pemikiran
tasawuf itu menjadi dasar bagi pengembangan penelitian dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Pembelajaran di dinasti Safawi
dengan menanamkan lebih dalam tentang prinsip-prinsip Syi’ah dua belas. Hal itu
dilakukan dengan menyusun sebuah konsep tentang filsafat ajaran Syi’ah.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Mir Damad dan muridnya yang bernama Mulla
Sadra, dengan cara memadukan antara keterangan yang terdapat dalam kitab suci,
telogi, dan refleksi untuk merumuskan sebuah versi Syi’i tentang sufisme dan
untuk membangun sebuah basis filsafat terhadap kesadaran keagamaan secara
individual dan untuk membentuk loyalitas umat Syi’i terhadap para imam. Aliran
baru ini menggabungkan antara iluminasionisme Suhrawardi dengan perkataan Ali
dan para imam, unsur-unsur filsafat Yunani, dan beberapa ajaran Ibn Arabi.
Kebijakan baru ini cenderung mengarah pada tradisi neo-platonik dari para
Aristotelian Yunani dan filsafat Muslim. Pada masa ini juga berkembang aliran
filsafat Peripatetic yang dekat dengan mazhab Aristoteles dan al-Farabi, serta
filsafat Ishraqi yang dekat dengan filsafat Sahrawardi.
Pendidikan di zaman dinasti Safawi
juga dibuktikan oleh adanya toleran dan kebebasan berpendapat, walaupun
pendapat tersebut tidak sejalan dengan pendapat yang dianut khalifah. Kendati
demikian kerasnya indoktrinasi pada masa dinasti Safawi, namun pada periode
Syah Abbas II kemerdekaan berpikir atau liberalitas intelektual pernah
memperoleh momentumnya. Adanya perbedaan paham yang ada di masyarakat
diletakkan dibawah supremasi keadilan. Hal tersebut justru sesuai dengan salah
satu prinsip dasar dalam ajaran mazhab Syi’ah yakni prinsip al-adl.
Selain itu pada dinasti Safawi
wanita selain memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan dan memainkan
peranannya dalam berbagai bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya,
dan sebagainya juga memperoleh perhatian dalam mendapatkan pendidikan.
Berdasarkan data diatas maka ada beberapa
fakta pendidikan pada saat itu, yaitu:
1.
Banyak
kaum terpelajar pada saat itu.
2.
Pada
masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan pendidikan. Seperti
dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data versi lain
menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.
3.
Pada
saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para kerabat
kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun lembaga pendidikan, seperti
Zinat Begum mendirika madrasah Nim Advard (1705).Izzat khanum mendirikan madrasah
Mirza Husain (1687)
4.
Pendidikan
pada saat itu digunakan sebagai sarana pengembangan paham syiah, oleh sebab itu
para penguasa pada waktu itu mendatangkan para pengajar dan buku-buku
sertakurikulum yang mempropagandakan paham syiah dari libanon dan daerah syiah
lainnya.
G.
Guru
Yang Mengajar Pada Pendidikan Safawiyah
Sepanjang sejarah Islam Persia di
kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis
istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din
al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang
kehidupan lebah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan,
Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Karenanya, pada masa Kerajaan Safawi (907-1134 H/1501-1722 M), ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan ini telah melahirkan sejumlah nama besar yang ahli di berbagai disiplin kelimuan. Beberapa nama ilmuwan, sejarawan, dan sastrawan terkemuka di era Safawi antara lain Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’i, Muhammad Baqir Astarabadi, dan Sadruddin Muhammad bin Ibrahim Syirazi.Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’iNama lengkapnya adalah Syekh Bahauddin Muhammad bin Husain al-Amili al-Juba’i. Ia merupakan ulama Syiah yang terkenal pada masa pemerintahan Syah Abbas I. Ia berasal dari Jabal Amil, Lebanon, suatu wilayah yang telah menjadian acuan sejak masa Syah Isma’il I dan Syah Tahmasp untuk mencari ulama Syiah guna didatangkan ke Kerajaan Safawi.Syekh Bahauddin hidup pada periode 953 H hingga 1030 H. Ia termasuk salah satu ulama Syiah yang memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan ideologi Syiah di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Safawi.
Karenanya, pada masa Kerajaan Safawi (907-1134 H/1501-1722 M), ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan ini telah melahirkan sejumlah nama besar yang ahli di berbagai disiplin kelimuan. Beberapa nama ilmuwan, sejarawan, dan sastrawan terkemuka di era Safawi antara lain Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’i, Muhammad Baqir Astarabadi, dan Sadruddin Muhammad bin Ibrahim Syirazi.Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’iNama lengkapnya adalah Syekh Bahauddin Muhammad bin Husain al-Amili al-Juba’i. Ia merupakan ulama Syiah yang terkenal pada masa pemerintahan Syah Abbas I. Ia berasal dari Jabal Amil, Lebanon, suatu wilayah yang telah menjadian acuan sejak masa Syah Isma’il I dan Syah Tahmasp untuk mencari ulama Syiah guna didatangkan ke Kerajaan Safawi.Syekh Bahauddin hidup pada periode 953 H hingga 1030 H. Ia termasuk salah satu ulama Syiah yang memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan ideologi Syiah di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Safawi.
Selain itu ada juga Bahauddin
al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli
matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi
matematika dan menulis naskah tentang matematika dan astronomiuntuk
menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli agama terhir dalam idlam yang juga
ahli matematika ternama. Dalam bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat
dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani.
H. Kemajuan Yang Dicapai Kerajaan
Safawi
1)
Bidang
Ekonomi
Adanya Pelabuhan gumuruh yang diubah
menjadi Bandar Abbas yang merupakan satu jalur dengan laut antrara timur dan
barat. Disamping perdagangan, kerajaan syafawi juga mengalami kemajuan disektor
pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Dengan
angkatan perang “ghulam” Syah Abbas mampu melakukan expansi pada tahun 1598 M
Abbas I menguasai Heart (Harat), Marw dan Balkh. Kemudian pada tahun 1622 M
berhasil menguasai Kepulauan Hurmuz, dan pelabuhan Gumrun.
Perkembangan pesat di sektor
perdagangan terjadi setelah Abbas I menguasai kepulauan Hurmuz dan mengubah
Pelabuhan Gumrun menjadi Bandar Abbas. Hal ini di karenakan Bandar ini
merupakan salah satu jalur dagang antara Barat dan Timur. Dengan ini, Safawi
telah memegang kunci perdagangan Internasional, khususnya di teluk Persia yang
ramai, di Utara Safawi menjalin Hubungan perdagangan dengan Rusia. Perdagangan di
darat dari sentral Asia melalui kota-kota penting di Safawi seperti Harat,
Merf, Nighafur, Tabriz, dan Baghdad. Di bidang pertanian, Safawiyah mengalami
kemajuan karena daerah Bulan Sabit yang subur (Fertile Creshen).
2)
Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ini, kerajaan safawi
dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar islam lainnya pada masa
yang sama, hadirnya ilmuwan yang terkenal seperti Baha Al-Din Al-Syaerazi,
generalis ilmu pengetahuan, Sawar Al-Din Al-Syaerazi, filosof dan Muhammad Baqir
ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah
mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah.
3)
Bidang Pemberdayaan Fisik dan Seni
Di kota isfahan yang merupakan
Ibukota kerajaan, berdiri bangunan-bangunan yang megah seperti mesjid-mesjid,
rumah sakit, sekolah, jembatan raksash diatas Zende rud, dan istana chihil
sutuh.
Dalam bidang seni, kemajuan terlihat
pada gaya arsitektur bangunannya seperti pada Masjid Shah dari Masjid Syaikh
Lutfallah, Unsur seni lainnya berupa kerajaan tanggah, keramik, karpet,
permadani dan zenunak.
4)
Kemajuan
di Bidang Politik
Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak
langsung terjadi pada masa Ismail, Raja pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi
yang gemilang baru di capai pada masa Syah Abbas yang Agung (1587-1628 M) Raja
yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar
sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Dia telah
memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai mazhab
negara. Syah Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu
perluasan wilayah dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya
Seperti di katakan sebelumnya Safawi
jaya pada masa Abbas I (1587-1628).
Syah Abbas yang Agung naik tahta pada usia 17 tahun. Ketika Abbas
memerintah kerajaan Safawi berada dalam keadaan tidak stabil. Syah Abbas
menempuh beberapa langkah untuk memperbaiki situasi tersebut, antara lain:
a)
Menghilangkan
dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru
yang terdiri dari bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen di Georgia dan
Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah Tahmasap I (1524-1576)
di beri nama “ Ghulam”.
b)
Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara berjanji menyerahkan wilayah
Azerbaizan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan tidak akan menghina tiga
khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Usman) dalam khutbah jum’atnya.
Secara politik Syah Abbas I sangat
maju, karena ia mampu mewujudkan integritas wilayah negara yang luas yang di
kawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh. Angkatan bersenjata yang di
sebut “ghulam”, dalam proses
pembentukannya di katakan bahwa Syah Abbas I mendapat dukungan dari dua orang
Inggris yaitu Sir Antoni Sherly dan saudaranya Sir Rodet Sherly. Mereka
mengajari tentara Safawi untuk membuat meriam sebagai pelengkapan negara yang
modern. Kedatangan kedua orang Inggris itu oleh sebagian sejarawan di pandang
sebagai upaya strategi Inggris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa
yang menjadi musuh besar Inggris saat itu. Bagaimanapun dengan bantuan dua
orang Inggris itu Syah Abbas memiliki tentara dapat diandalkan. Hal ini
terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan “Cakrabirawa” oleh Syah sendiri.
Kemajuan lain di bidang politik yang
di tunjukkan Syah Abbas, yaitu keberhasilannya merebut kembali daerah-daerah
yang pernah di rebut Turki Usmani.
5)
Kemajuan
di Bidang Seni Arsitektur
Ibu kota Safawi adalah kota yang
sangat indah. Pembangunan besar-besaran dilakukan Syah Abbas terhadap Ibu
kotanya Isfahan.pada saat Syah Abbas I meninggal, terdapat 162 buah Masjid, 48
buah Perguruan tinggi, 1082 Losmen yang luas untuk penginapan tamu syah dan 237
unit pemandian umum. “Bangunan yang paling terkenal adalah Mesjid Luthfullah
yang di bangun pada 1603 M dan selesai 1618 M, merupakan sebuah Oratorium yang
di sediakan sebagai tempat peribadatan pribadi Syah. Pada sisi bagian selatan
terdapat mesjid kerajaan yang mulai di bangun pada 1611 M dan selesai pada 1629
M pada sisi bagian Barat berdiri Istina Ali Qapu yang merupakan gedung pusat
pemerintahan. Pada sisi bagian Utara berdiri bangunan monumental yang menjadi
simbol bagi gerbang menuju bazar kerajaan dan sejumlah pertokoan, tempat
pemandian, Caravansaries, mesjid dan perguruan”. Syah Abbas juga membangun
Istana yang megah yang di sebut Chihil Sutun atau Istana empat puluh
tiang,sebuah jembatan besar di atas sungai Zende Rud dan Taman Bunga Empat
Penjuru.
6)
Kemajuan
di bidang Filsafat dan Sains
Pada Kerajaan Safawi Filsafat dan Sains
bangkit kembali di dunia islam, dan khususnya di kalangan orang Persia yang
berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan. Perkembangan ini erat kaitannya
dengan Aliran Syiah yang di tetapkan Safawi sebagai ideologi resmi Negara.
Dalam Syiah terdapat dua golongan,
yakni Akbari dan Ushuli. Mereka berbeda dalam memahami ajaran agama. Akbari
cenderung berpegang teguh kepada hasil ijtihat para mujtahit syiah yang sudah
mapan. Sedangkan ushu;li mengambil langsung vdari Al-qur’an dan Hadits, tanpa
terikat kepada para mujtahid. Golongan Ushuli inilah yang paling berperan pada
masa Syafawi. Dibidang teologi mereka mendapat dukungannya dalam mazhab
Muktazilah pertemuan kedua elemen
kelompok inilah yang berperan pada terwujudnya perkembangan baru dalam
bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia Islam yang kemudian melahirkan
beberapa filosuf dan Ilmuan.
Ada dua aliran filsafat yang
berkembang pada masa Safawi yaitu “aliran filsafat perifatetik” seperti yang
bdikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi, dan “aliran filsafat israqi” yang
di bawa oleh Suhrawardi pada abad XII.
Beberapa tokoh filsafat yang muncul
pada masa Safawi antara lain Mir Damad alias Muhammad Baqir Damad 1631 M yang
dianggap sebagai guru ketiga setelah Aristoteles dan Al-farabi, dan Mulla Shadra
atau Shadr Al-din Al-Syirazi. “Menurut amir Ali ia adalah seorang dialektikus
yang paling cakap di zamannya”, dan Baha Al-Syerazi seorang generalis Ilmu
Pengetahuan.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Syah Abbas sendiri ikut aktif dalam penelitian ilmu-ilmu tersebut, Kota Qumm
pada saat itu menjadi pusat pengenbangan kebudayaan dan penyelidikan mazhab
Syiah terbesar.
I.
Kurikulum
Yang Di Pakai Di Persia
Pada
dasarnya system dan praktik pendidikan pada masa disasti safawi ini didominasi
oleh tiga jenis pendidikan yaitu :
·
Pendidikan
indoktrinatif sebagai kurikulum inti untuk menetapkan paham syiah.
·
Pendidikan
estetika dan penekananya pada seni karya yang diharapkan mampu mendukung sector
industry dan perdangan dinasti safawi. Yaitu pendidikan militer dan menejemen
pemerintahan, ditujukan untuk memperkuat armada perang untuk keperluan
pertahanan pemerintah dan profesionalisme pengelolaan administrasi
pemerintahan.
J.
Sarana
Dan Prasarana Pada Masa Safawi
Pada
masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan pendidikan. Seperti
dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data versi lain
menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.
Pada
saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para kerabat
kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun lembaga pendidikan, seperti
Zinat Begum mendirika madrasah Nim Advard (1705).Izzat khanum mendirikan
madrasah Mirza Husain (1687).
K. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan
Safawi
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut
diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667
M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan
Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi
tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Raja Safi Mirza (cucu Abbas
I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah
dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan.
Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya
mengakibatkan mundurnya kemajuankemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan
sebelumnya (Abbas I). Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi,
diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah
Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga
ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang
pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya
rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein
yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi'ah yang sering
memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan
kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehinggamereka berontak dan berhasil
mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka, 1981:71).Pemberontakan bangsa
Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays
yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart,
suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir
Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga
ia mampu merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan
ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan
mengangkatnya menjadi gebernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan (budak
Husein). Dengan pengakuai ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun
1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan
memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah
Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh
kemenangan (Holt, 1970:426).
Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat
dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai
raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota
Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku
Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan.
Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan
oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan
itu. Dengan demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus
1732 M, Tahmasp II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III
(anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu,
tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja
menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di
Persia (Holt, 1970:428-429).
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi
adalah:
a)
Adanya
konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi
yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak
pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
b)
Terjadinya
dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga
ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu
narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah
sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan
Husein.
c)
Pasukan
ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat
perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka
tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan
tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar
pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
d)
Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
e)
Ulama
mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun, sebagai
penanggung jawab pertama atas ajaran Islam syiah.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kerajaan Safawiyah merupakan
kerajaan Islam yang termasuk kerajaan besar saat itu. Pada masa tersebut ilmu
pengetahuan, seni, maupun politiknya mengalami kemajuan. Hal ini didorong oleh
suatu fakta bahwa orang-orang Persia (mayoritas penduduk kerajaan Safawi adalah
bangsa Persia) adalah bangsa yang mencintai seni dan ilmu pengetahuan. Selain
itu keberadaan kerajaan Safawiyah yang berada di Persia juga mempengaruhi
madzhab resmi negara monarkhi tersebut. Kerajaan Safawiyah menganut madzhab
syiah sebagai madzhab resmi negara. Namun dapat disimpulkan bahwasanya praktek
pendidikan dan intelektual pada masa dinasti safawi secara keseluruhan
diarahkan untuk memperkokoh doktrin paham syiah, dan pada sisi lain penguatan
birokrasi hingga penggunaan kekerasan militeristis dijadikan alasan untuk
memperkuat keyakinan rakyat terhadap ajaran syiah.
Pada dasarnya system dan praktik pendidikan pada masa disasti safawi in, didominasi oleh tiga jenis pendidikan, pertama pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti untuk menetapkan paham syiah. Kedua pendidikan estetika dan penekananya pada seni karya yang diharapkan mampu mendukung sector industry dan perdangan dinasti safawi. Dan ketiga yaitu pendidikan militer dan menejemen pemerintahan, ditujukan untuk memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintah dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan. Zaman dinasti Safawi yang beraliran Syi’ah memiliki perhatian yang besar dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan dibandingkan dengan dua dinasti lain yang hidup sezaman denganya.
Pada dasarnya system dan praktik pendidikan pada masa disasti safawi in, didominasi oleh tiga jenis pendidikan, pertama pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti untuk menetapkan paham syiah. Kedua pendidikan estetika dan penekananya pada seni karya yang diharapkan mampu mendukung sector industry dan perdangan dinasti safawi. Dan ketiga yaitu pendidikan militer dan menejemen pemerintahan, ditujukan untuk memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintah dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan. Zaman dinasti Safawi yang beraliran Syi’ah memiliki perhatian yang besar dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan dibandingkan dengan dua dinasti lain yang hidup sezaman denganya.
Kemajuan dalam bidang pendidikan dan
ilmu pengetahuan pada zaman dinasti safawi ini tampak lebih dominan diwarnai
oleh perkembangan dalam bidang kesenian daripada hal-hal yang berkaitan dengan
sains dan pendidikan.
Faktor lain yang menyebabkan kurang
berkembangnya sains dan pemikiran ilmiah pada zaman ini karena para pemikir
terkuras habis dalam melahirkan pemikiran keagamaan secara umum yang diarahkan
untuk mendukung paham Syi’ah dan adanya kecurigaan yang berelebih dari pihak
penguasa pada setiap ilmuwan yang akan mengemukakan gagasannya.
B. SARAN
Kita sebagai umat Islam harus lebih
mengembangkan pengetahuan kita akan alamciptaan ALLAH yang sangat luas
ini. Dan kita harus dapat pula membaca tanda-tanda kebesarannya melalui
ciptaanNya. Sehingga kita dapat benar-benar menjadi hamba-hamba-Nya yang
dicintai-Nya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hassan,
Hassan Ibrahim.1989. Sejarah
dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Suwito, Sejarah sosial Pendidikan Islam,
Prenata Media, Jakarta : 2005
Didin
Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta
: Uin Jakarta press, 2007
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta : Rajawali Pers,1993.
Suwito,2005, Sejarah Social
Pendidikan Islam, Jakarta, kencana
Ira, 1999, Sejarah Social Ummat Islam.
Jakarta, PT Grafindo persada
Musyrifa, 2004, Sejarah Islam
Klasik, Jakarta, Prenana Media
http://raihsafitri05.blogspot.co.id
https://penddikansafawidipersiarezkiasary.blogspot.co.id/2016/08/pendidikan-pada-masa-safawi-di-persia.html