Powered By Blogger

Rabu, 21 Juni 2017

Perkembangan Pendidikan Islam Pada Dinasti Safawiyah

Perkembangan Pendidikan Islam Pada Dinasti Safawiyah
  


BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR  BELAKANG
Pada abad pertengahan islam telah muncul beberapa kerajaan yang memiliki kekuasaan yang hebat yang mampu menaklukkan kerajaan agama lain salah satu kerajaan islam yang kuat adalah kerajaan safawi di persia. Pendidikan yang di berlangsungkan di persia pada masa itu sangatlah besar dan menghasilkan mazhab syiah yang luar bisa. Kerajaan Safawi berdiri setelah kerajaan Usmani mencapai puncak kemajuan. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah koya di Azerbayjan. Nama Safawiyah di ambil dari pendirinya yang bernama Syafi al-Din (1252-1334 M).
Di dalam sejarah islam tercatat bahwa bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak mengherankan pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
Kerajaan Safawi berdiri setelah kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaan. Kerajaan safawi berasal dari tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Nama Safawiyah diambil dari pendirinya yang berrnama Safi al-Din (1252-1334). Safi al-Din merupakan keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya, dan juga keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam, Musa al-Khazim. Gurunya bernama Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidi yang sering dikenal dengan Zahid al-Gilani. Karena prestasinya ia diambil menantu oleh gurunya. Ia mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat pada tahun 1301 M.  Safi al-Din mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf menjadi gerakan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatoli.
Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan pada masa kepemimpinan Juneis (1447-1460). Perluasan gerakan ini menimbulkan konflik antara Juneis dan penguasa Kara Koyuntu (Domba Hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik itu Juneid kalah dan diasingkan di suatu tempat. Di tempat baru ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK Koyunlu (Domba Putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal didistana Uzun Hasan yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Selama dalam pengangsingan ia menghimpun kekuatan untuk beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan, ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara Uzun Hasan. Pada tahun 1459 Juneid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 ia mencoba merebut Sircassia namun gagal dan ia tewas.
Usaha pembentukan dinasti Safawi baru berhasil pada zaman Ismail. Pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Shafur. Dan berhasil menaklukan dan mendudukinya Tibris, ibu kota AK Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamasikan berdirinya dinasti Safawi, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai raja pertama, yang sering disebut dengan Ismal I.

B.   RUMUSAN MASALAH
  1. Pengertian Nama Safawiah
  2. Proses Pembentukan Kerajaan Safawi
3.      Masa Berdirinya
  1. Perkembangan Kerajaan Safawi
  2. Perubahan dari Sistem Sosial-Organik ke Sistem Religio-Politik
6.      Kejayaan kerajaan Safawiyah
7.      Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Safawiyah
  1. Guru Yang Mengajar Pada Pendidikan Safawiyah
9.      Kemajuan Yang Dicapai Kerajaan Safawi
  1. Kurikulum Yang Di Pakai
  2. Sarana Dan Prasarana Pada Masa Safawi
12.  Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawiyah

C.   TUJUAN DAN  MANFAAT  PENULISAN
1.      Sebagai salah satu pemenuhan tugas kelompok dari mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
2.      Menambah wawasan pengetahuan kita mengenai Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Safawiyah.
3.      Kita dapat mengetahui Pola pendidikan yang bagai mana yag di jalankan di masa safawi.
4.      Dapat mengetahui Kurikulum yang bagaimana yang di pakai di safawi di persia.
5.      Kita dapat mengetahui Sarana dan prasarana apa yang digunakan pada pendidikan di persia
6.      Dapat mengetahui ulama atau guru yang mengajar pada pendidikan di persia



BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Nama safawiah
Nama safawiyah dinisbatkan kepada nama salah seorang guru sufi di Ardabil, yaitu Syeikh Ishak Safiuddin. Menurut riwayat ia adalah keturunan dari musa al-Kadhim, imam ketujuh Syi’ah Itsna ‘Asyariyah. Ia adalah keturunan Ali bin Abi Thalib.Ia mendirikan tarekat di Ardabil, Azerbaijan yang kemudian di beri nama Safawiyah. Pada mulanya gerakan tarekat yang dipimpinnya bertujuan untuk memerangi orang-orang yang ingkar terhadap ajaran agama dan “ahli bid’ah”. Tarekat ini berkembang di daerah-daerah di mana terdapat heterodoksi, khususnya syi’ah. Oleh karena itu, di sepanjang abad ke-15 tarekat ini terang-terangan menunjukkan kesyi’ahannya.
Berbeda dengan dua kerajaan islam lainnya (Usmani dan Mughal) Kerajaan Safawi menyatakan, syiah sebagai mazhab Negara dan dan dalam tujuan pendidikan. Sehingga kerajaan ini dianggap sebagai pelekat pertama dasar terbentuknya Negara Iran saat ini.
Berdasarkan idiologi pemikeran syiah pada masa kerajaan safawa inilah maka pendidikan pada saat itu menjadi cenderung sebagai sarana untuk menyampaikan idiolagi pemiiran itu, maka kebijakan pendidikan pemimpin pada saat itu pun lebih mengutamakan pada kepentingan idiologi dari yang dipahami, lalu di sampaikan.

B.   Proses Pembentukan Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi berdiri secara resmi di Persia pada 1501 M. Namun kerajaan ini tidak berdiri sendiri. Peristiwa tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang. Yakni kurang lebih 2 abad, waktu yang brahi sama dengan usia kerajaan Safawi. Cikal bakal Safawi tumbuh lambat laun, tapi pasti menuju zaman yang penuh dengan muatan historis yang sangat penting.
Secara etimologis nama kerajaan “Safawi” berasal dari kata Safi yang diambil nama seorang sufi bernama Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili lahir pada tahun 1252 M pendiri tarekat Safawiyah dan bukan dari kata sufi. 6 tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad, ia lahir di kota Ardabil sebuah kota paling Timur dari Azerbaijan. Sejak kecil ia sudah menggemari amalan keagamaan dan kehidupan sufistik.
Pada usia 25 tahun ia belajar pada seorang sufi bernama Zahid Tajuddin, di Jailan dekat laut Kaspia. Kurang lebih selama 25 tahun, kemudian beliau diangkat menjadi menantu, setelah gurunya wafat ia mengantikan kedudukan gurunya sebagai guru tarekat, tarekat ini kemudian dikenal Tarekat Safawi yang berpusat di Ardabil.
Adapun mengenai asal usul keturunan Safi Al-din masih menjadi problematika brahims al. “Menurut keluarga Safawi Safi Al-din Ishaq Al-Ardabili adalah keturunan dari Musa Al-Kazim imam ketujuh dari Syiah Imam yang dua belas. Oleh karena itu, ia termasuk keturunan Rasulullah SAW dari garis puterinya Fatimah. Namun menurut pendapat yang lain Safi Al-din adalah penduduk asli Iran dari Kurdistan yang berbahasa Turki yang di pakai di wilayah Azerbaijan, ia dianggap beraliran syiah tetapi juga sunni yang bermazhab Syafi’I sedangkan penggantinya yang kedua Khawaja Ali merupakan penganut syiah moderat.
Sebelum menjadi kerajaan, Safawi mengalami 2 fase pertumbuhan pertama fase dimana safawi bergerak dibidang keagamaan (cultural) dan kedua sebagai gerakan politik (brahim s).
Pada tahun 1301 – 1447 M gerakan Safawi masih murni gerakan keagamaan dengan tarekat Safawiyah sebagai sarana, tarekat ini mempunyai pengikut yang sangat besar hal ini terjadi karena pada saat itu, umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan pasrah melihat anarki politik yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan keagamaan lewat sufisme, mereka mendapat persaudaraan tarekat, dan mereka merasa aman dalam menjalin persaudaraan antar muslim.
Pada fase pertama ini gerakan tarekat Safawi tidak mencampuri masalah politik sehingga dia berjalan dengan aman dan brahi baik pada masa Ilkhan maupun pada masa penjarahan Timur Lenk.  Dan dalam fase ini gerakan Safawi mempunyai dua corak, pertama bernuansa Sunni yaitu pada masa pimpinan Safiuddin Ishaq (1301 – 1344) dan anaknya Sadruddin Musa (1344 – 1399), kedua berubah menjadi Syiah pada masa Khawaja Ali (1399 – 1427). Perubahan ini terjadi karena ada kemungkinan bertambahnya pengikut Safawi di kalangan syiah sehingga kepemimpinannya berusaha menyusuaian diri dengan aliran manyoritas pendukungnya.

C.   Masa Berdirinya
Kerajan Safawi bermula dari gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Safawiyah karena pendirinya bernama Syech Safuyudin Ishaq (1252-1334) seorang guru agama yang lahir dari sebuah keluaraga Kurdi di Iran Utara. Beliau merupakan anak murid seorang imam Sufi yiaitu Sheikh Zahed Gilani (1216–1301, dari Lahijan.) Safi Al-Din kemudiannya menukar Ajaran Sufi ini kepada Ajaran Safawiyah sebagai tindak balas kepada pencerobohan tentera Mongol di wilayah Azerbaijan.
Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada perkembangannya, gerakan tasawuf yang bersifat lokal ini berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai pengaruh besar di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri yang berada di luar Ardabil inilah, Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang diberi gelar Khalifah untuk memimpin murid-murid di daerahnya masing-masing.
Gerakan Safawi mewakili sebuah kebangkitan Islam Populer yang menentang dominasi militer yang meresahkan dan bersifat eksploitatif. Tidak seperti gerakan lainnya,gerakan Safawiyah memprakarsai penaklukan Iran dan mendirikan sebuah baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722. Sang pendiri mengawali gerakannya dengan seruan untuk memurnikan dan memulihkan kembali ajaran Islam.
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini dapat berkembang dengan cepat. Nama safawi ini terus dipertahankan sampai tarekat Sfawiyah menjadi gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Safawi. Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki Usmani
Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama Safawi brahims dipertahankan sampai menjadi gerakan politik. Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memiliki sufi sebagai jalan hidupnya. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuk, Safi Al-Din dijadikan menantu oleh gurunya Taj Al-Dinbrahim Zahidi (1216-1301 M).
Safi Al-Din mendirikan tarkat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1361 M. Pengikut tarkat ini sangat teguh pada ajaran agamanya. Pada awalnya gerakan Safawiyah bertuju memerangi orang – orang yang ingkar, kemudian memerang golongan “Ahli – ahli tid’ah”. Bentuk tarkat itu dari pengajian Tasawuf murni yang bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Andalusia. Berbeda dengan dua kerajaan islam lainnya (Usmani dan Mughal) Kerajaan Safawi menyatakan, syiah sebagai mazhab Negara. Sehingga kerajaan ini dianggap sebagai pelekat pertama dasar terbentuknya negara Iran saat ini.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1)      Isma’il I (1501-1524 M)
2)      Tahmasp I (1524-1576 M)
3)      Isma’il II (1576-1577 M)
4)      Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5)      Abbas I (1587-1628 M)
6)      Safi Mirza (1628-1642 M)
7)      Abbas II (1642-1667 M)
8)      Sulaiman (1667-1694 M)
9)      Husein I (1694-1722 M)
10)  Tahmasp II (1722-1732 M)
11)  Abbas III (1732-1736 M)

D.   Perkembangan Kerajaan Safawi
Ismail memerintah selama 23 tahun (1501 – 1524). Selama sepuluh tahun pertama pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas wilayah pemerintahan sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan sebelah Timur Fertile Creshen. Pada tahun 1502 M, Ismail telah menduduki Sirwan, Azerbaijan dan Irak. Pada 1503 M, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak Koyunlu di Hamadzan. Pada tahun 1504 Ismail menduduki Provinsi Kaspia dari Mazandaran dan Curgan. Diyar Bakr  ditaklukkan pada tahun 1505 M, dan Baghdad jatuh ketangannya pada tahun 1508 M. Pada tahun 1510 M ia menguasai Khurasan  setelah terlibat dalam pertempuran dengan Syaibani Khan, raja Uzbek. Kemenangan beruntun itu merupakan sukses mewujudkan kerajaan Safawi yang membentang dari  Heart (Harat) di Timur sampai Diyar Bark di Barat.
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani. Ismail Berusaha merebut dan mengadakan expansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M) tapi dalam peperangan ini Ismail mengalami kekalahan, Turki di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabris. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki, karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya “ kekalahan ini membuat Ismail I berubah, ia lebih sering menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini berdampak negatif pada Kerajaan Safawi, hingga akhirnya terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin, antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat, keturunan Persia dan Qizilbash”. “Penyebab utama terjadi peperangan antara Safawi dan Usmani menurut Syalabi adalah pemaksaan faham Syi’ah terhadap mayoritas faham Sunni, dan lebih kejam Ismail I telah membunuh ulama Sunni di daerah Irak. Sehingga turki merasa terpanggil dengan kebiadaban Syi’ah”.
Sepeninggal Ismail I, permusuhan dengan Kerajaan Usmani terus berlanjut, terjadi beberapa perang antara keduanya yaitu pada masa Tahmasp 1 (1524-1576), Isamail II (1576-1577) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587) pada masa tiga Raja Safawi mengalami kelemahan, karena sering berperang dengan kerajaan Usmani yang lebih kuat, dan juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
Kerajaan Safawi bertahan lebih 2 abad dengan pemimpin sebagai berikut:
1)      Ismail I (1501-1524 M)
2)      Tahmasap I (1524-1576 M)
3)      Ismail II (1576-1577 M)
4)      Muhammad Khudabanda ( 1577-1587 M)
5)      Abbas I ( 1587-1628 M)
6)      Safi Mirza (1628-1642 M)
7)      Abbas II (1642-1667 M)
8)      Sulaiman (1667-1694 M)
9)      Husein I (1694-1722 M)
10)  Tahmasap II (1722-1732 M)
11)  Abbas III (1732-1736 M)

Pada masa 1447 - 1501 M, gerakan Safawi memasuki fase kedua yaitu sebagai gerakan politik. Kecenderungan memasuki dunia politik terwujud pada masa kepemimpinan Juned (1447 - 1501 M). Juned  mengubahnya menjadi gerakan politik revolusioner dengan tarekat Safawi sebagai sarananya.
Gerakan ini mulai terlibat dalam konflik politik antara dua kerajaan Turki yang berkuasa saat itu. Kara Koyunlu ( Black Sheep) beraliran syiah berkuasa dibagian Timur dan Ak Koyunlu (White sheep) beraliran Sunni berkuasa dibagian Barat di bawah imperum Usmani. Tarekat Safawi memperluas tarekatnya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan ini menimbulkan konflik dengan Jahansyah penguasa Kara Koyunlu pada tahun 1447 M Juned kalah dan diasingkan dari Ardabil.
Juned kemudian meminta suaka politik pada raja Ak Koyunlu sekaligus mengadakan aliansi politik untuk bersama-bersama menghadapi Kara Koyonlu. Hal ini dilakukannya untuk mendapatkan wilayah sebagai baris gerakan Safawi.
Perubahan Safawi dari gerakan keagamaan menjadi gerakan politik cukup menarik, karena sebagai tarekat sufi yang lebih bersifat Ukhrawi kemudian menjadi duniawi (profan), faktor utama yang menyebabkan adanya perubahan tersebut ada pada ajaran tarekat itu sendiri yaitu hubungan antara pemimpin tarekat dengan pengikut-pengikutnya. Pemimpin tarekat yang disebut Mursyid mempunyai wakil di daerah-daerah tertentu tempat pengikut-pengikutnya berada, anggota tarekat harus tunduk secara mutlak kepada Mursyid dan wakilnya itu. Oleh karena itu, ikatan antara pemimpin dengan pengikutnya sangat kuat sehingga semacam ada hierarki spiritual. Dalam tarekat Safawi pemimpin yang meninggal dunia selalu digantikan oleh anaknya seperti dalam kepemimpinan dinasti, ini menjadi modal dasar yang mendorong perubahan tersebut jika pemimpin seperti Juned memiliki ambisi politik para pengikutnya dapat disulap menjadi tentara yang fanatik dan mendukung ambisi politik pemimpinnya.
Selama dalam suaka Ak Koyunlu baik Juned maupun Haidar bin Juned telah melakukan kegiatan politik seperti Juned menikahi saudara Uzun Hasan (Raja Ak Kayunlu). “Aliansi politik ini diperkuat lagi dengan pernikahan Haidar bin Juned dengan Putri Uzun Hasan sendiri, dari istrinya sendiri Despin Katrina, puteri Kaloo Juhannis, seorang raja Kristen dipantai Timur Laut Hitam”. Tapi menurut buku Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, dikatakan bahwa Haidar menikah dengan cucu Uzun Hasan bukan dengan putri Uzun Hasan sendiri, dari perkawinan Haidar lahir Ali, Ismail dan Ibrahim, Ismail-lah yang kemudian hari menjadi pendiri Kerajaan Safawi dan menetapkan syiah sebagai mazhab negara.
Pada tahun 1459 M Juned berusaha menyerang Ardabil tetapi gagal kemudian pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia dan juga daerah Utara yang didiami orang Kristen Georgia tetapi pasukan yang di pimpinnya di hadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertumpuran tersebut.
Haidar pun mengikuti jejak ayahnya ia membantu Ak Koyunlu menyerang Kara Koyunlu setelah Ak Koyunlu menumbangkan Kara koyunlu pada tahun 1467 M, aliansi Safawi dengan Ak Koyunlu menjadi guncang. Ak Koyunlu menganggap Safawi sebagai lawan politik yang dapat membahayakan Ak Koyunlu.
Ketika Haidar mencoba merebut Sisilia (Sirkasia) daerah-daerah Kristen di Utara dan Sirwan, Ak Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan. Pasukan Haidar kalah ia pun terbunuh. Kecenderungan Haidar  menyerang daerah-daerah  Kristen di Utara di mungkinkan untuk memperoleh daerah pijakan yang akan memperkuat basis politik yang independen karena selama ini Safawi hanya merupakan dinasti politik spiritual tanpa tanah air.
Meskipun Haidar belum mewujudkan cita-cita gerakan Safawi namun ia sempat memberikan atribut kepada pendukung-pendukungnya berupa serban merah yang berumbai 12, sehingga mereka terkenal dengan sebutan Qizilbas (kepala merah). Rumbai 12 yang menjadi lambang Syiah isna ‘asyar (12 imam) mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan fanatisme dan militansi para pengikut syiah.

E.   Kejayaan kerajaan Safawiyah
Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kerajaan safawiyah. Kemajuan-kemajuan yang dicapai antara        lain sebagai berikut;
1)      Bidang Politik
Abbas 1 mampu mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang menganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wolayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain        pada masa kerajaan-kerajaan  sebelumnya.
2)      Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abass 1 ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai odan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.Di samping sektor perdagangan, kerajaan ini juga mengalami kemajuan terutama didaerah Bulan Sabit Subur.
3)      Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan ini tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis Istana, yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al-Din Al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, filosoft, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Dalamn bidang ini, kerajaan ini mungkin dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar Islam lainnya pada masa yang sama.
4)      Bidang Perkembangan Fisik dan  Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat puyla sdalam bentuk kerajaan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirilis sejak zaman Tahmasp 1. Raja Ismail 1 pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis ini bernama Bizhad.

F.    Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Safawiyah
Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.
Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah tentang matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli agama terhir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama. Dalam bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani.
Dalam sejarah Islam tercatat bahwa bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan terus berlanjut. Dapat dikatakan Kerajan Safawi lebih berhasil dari dua kerajaan Islam lainnya pada masa yang sama, yakni Kerajaan Turki Usmani dan Kerajaan Mughal di India.
Terdapat sejumlah ilmuwan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi , generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi seorang filsuf, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad, seorang filsuf, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi  mengenai kehidupan lebah-lebah.
Puncak kejayaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan Kerajaan Safawi terjadi pada zaman Syah Abbas I. Hal ini dapat terlihat dari segi fisik material, yaitu keberhasilannya dalam membangun 162 masjid dan 48 pusat pendidikan. Versi lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.
Sekolah dan lembaga pendidikan tersebut sebagian besar dibangun atas perintah inisiatif para kerabat kerajaan. Beberapa diantaranya adalah Dilaram Khanum (nenek dari Syah Abbas II) yang mendirikan madrasah yang disebut small grandmother (nenek kecil) pada tahun 1645-1946, dan madrasah (large grandmother) pada tahun 1647-1648. Kedua madrasah ini diwakafkan sebagai dedikasinya pada pendidikan. Selain itu terdapat pula putri Syah Safi, yakni Maryam Begum yang mendirikan madrasah pada tahun 1703-1704 M. Selanjutnya Shahr Banu, adik perempuan Syah Husain mendirikan madrasah bagi para pangeran.
Selain dibangun oleh para kerabat kerajaan, madrasah dan berbagai fasilitas lainnya didirikan oleh para hartawan dinasti Safawi, yaitu Zinat Begum, istri seorang fisikawan Hakim al-Mulk Ardistani yang mendirikan madrasah Nim Avard pada tahun 1705-1706, dan Izzat al-Nisa Khanun, seorang putri dari Qum Mirza Khan yang juga istri Mirza Muhammad Mahdi yang mendirikan madrasah Mirza Husin pada tahun 1687-1688.
Selain mendirikan madrasah, dinasti Safawi juga membangun kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang termasuk didalamnya pembangunan dalam bidang filsafat yang berlanjut hinga zaman modern. Sisa-sisa pembangunan ilmu pengetahuan dan peradaban dinasti Safawi ini masih dapat dijumpai di berbagai kota di Iran. Misalya di kota Qum, terdapat berbagai perguruan tinggi, universitas, serta tempat-tempat ilmiah lainnya, juga terdapat berbagai perpustakaan yang menyimpan berbagai karya-karya penelitian ilmiah dan juga manuskrip yang terus diteliti dan dikembangkan oleh pentahkik. Di Mashhad terdapat masjid besar yang mengelilingi makam Imam Ali Ridha (Imam ketujuh Syiah Istna Asyariah) dan terdapat perpustakaan besar yang menyimpan karya ilmiah sekitar satu juta buku. Seluruh buku tersebut dibuatkan mikrofilmnya dan dikubur dibawah tanah, untuk mengantisipasi jika terjadi musibah kebakaran, sehingga buku-buku tersebut dapat diselamatkan.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini banyak berkaitan dengan pemikiran teosofi dan filsafat, dan bukan ilmu pengetahuan dalam pengertian secara umum. Pemikiran teosofi dan filsafat tersebut lebih ditujukan sebagai penyatuan antara sufisme Gnostik dan beberapa kepercayaan Syi’i. Hal itu berlangsung selama dua abad, yakni abad ke-16 hingga 17 M. Kajian yang menekankan sufisme Gnostik ini dapat dimengerti karena dinasti Safawi dibangun oleh para tokoh ahli tasawuf. Selanjutnya pemikiran tasawuf itu menjadi dasar bagi pengembangan penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pembelajaran di dinasti Safawi dengan menanamkan lebih dalam tentang prinsip-prinsip Syi’ah dua belas. Hal itu dilakukan dengan menyusun sebuah konsep tentang filsafat ajaran Syi’ah. Sebagaimana yang dilakukan oleh Mir Damad dan muridnya yang bernama Mulla Sadra, dengan cara memadukan antara keterangan yang terdapat dalam kitab suci, telogi, dan refleksi untuk merumuskan sebuah versi Syi’i tentang sufisme dan untuk membangun sebuah basis filsafat terhadap kesadaran keagamaan secara individual dan untuk membentuk loyalitas umat Syi’i terhadap para imam. Aliran baru ini menggabungkan antara iluminasionisme Suhrawardi dengan perkataan Ali dan para imam, unsur-unsur filsafat Yunani, dan beberapa ajaran Ibn Arabi. Kebijakan baru ini cenderung mengarah pada tradisi neo-platonik dari para Aristotelian Yunani dan filsafat Muslim. Pada masa ini juga berkembang aliran filsafat Peripatetic yang dekat dengan mazhab Aristoteles dan al-Farabi, serta filsafat Ishraqi yang dekat dengan filsafat Sahrawardi.
Pendidikan di zaman dinasti Safawi juga dibuktikan oleh adanya toleran dan kebebasan berpendapat, walaupun pendapat tersebut tidak sejalan dengan pendapat yang dianut khalifah. Kendati demikian kerasnya indoktrinasi pada masa dinasti Safawi, namun pada periode Syah Abbas II kemerdekaan berpikir atau liberalitas intelektual pernah memperoleh momentumnya. Adanya perbedaan paham yang ada di masyarakat diletakkan dibawah supremasi keadilan. Hal tersebut justru sesuai dengan salah satu prinsip dasar dalam ajaran mazhab Syi’ah yakni prinsip al-adl.
Selain itu pada dinasti Safawi wanita selain memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan dan memainkan peranannya dalam berbagai bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya juga memperoleh perhatian dalam mendapatkan pendidikan.
Berdasarkan data diatas maka ada beberapa fakta pendidikan pada saat itu, yaitu:
1.      Banyak kaum terpelajar pada saat itu.
2.      Pada masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan pendidikan. Seperti dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data versi lain menyebutkan 162 masjid           dan      446 sekolah.
3.      Pada saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para kerabat kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun lembaga pendidikan, seperti Zinat Begum mendirika madrasah Nim Advard (1705).Izzat khanum mendirikan madrasah Mirza Husain (1687)
4.      Pendidikan pada saat itu digunakan sebagai sarana pengembangan paham syiah, oleh sebab itu para penguasa pada waktu itu mendatangkan para pengajar dan buku-buku sertakurikulum yang mempropagandakan paham syiah dari libanon dan daerah syiah lainnya.

G.    Guru Yang Mengajar Pada Pendidikan Safawiyah
Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Karenanya, pada masa Kerajaan Safawi (907-1134 H/1501-1722 M), ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan ini telah melahirkan sejumlah nama besar yang ahli di berbagai disiplin kelimuan. Beberapa nama ilmuwan, sejarawan, dan sastrawan terkemuka di era Safawi antara lain Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’i, Muhammad Baqir Astarabadi, dan Sadruddin Muhammad bin Ibrahim Syirazi.Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’iNama lengkapnya adalah Syekh Bahauddin Muhammad bin Husain al-Amili al-Juba’i. Ia merupakan ulama Syiah yang terkenal pada masa pemerintahan Syah Abbas I. Ia berasal dari Jabal Amil, Lebanon, suatu wilayah yang telah menjadian acuan sejak masa Syah Isma’il I dan Syah Tahmasp untuk mencari ulama Syiah guna didatangkan ke Kerajaan Safawi.Syekh Bahauddin hidup pada periode 953 H hingga 1030 H.  Ia termasuk salah satu ulama Syiah yang memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan ideologi Syiah di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Safawi.
Selain itu ada juga Bahauddin al-’Amali bukan saja seorang ahli teolog dan sufi, tapi ia juga ahli matematika, arsitek, ahli kimia yang terkenal. Ia menghidupkan kembali studi matematika dan menulis naskah tentang matematika dan astronomiuntuk menyimpulkan ahli-ahli terdahulu.Ia ahli agama terhir dalam idlam yang juga ahli matematika ternama. Dalam bidang ilmu pengetahuan , kerajaaan Safawi dapat dikatakan lebih maju dibanding Mughal dan Usmani. 

H.    Kemajuan Yang Dicapai Kerajaan Safawi
1)      Bidang Ekonomi
Adanya Pelabuhan gumuruh yang diubah menjadi Bandar Abbas yang merupakan satu jalur dengan laut antrara timur dan barat. Disamping perdagangan, kerajaan syafawi juga mengalami kemajuan disektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Dengan angkatan perang “ghulam” Syah Abbas mampu melakukan expansi pada tahun 1598 M Abbas I menguasai Heart (Harat), Marw dan Balkh. Kemudian pada tahun 1622 M berhasil menguasai Kepulauan Hurmuz, dan pelabuhan Gumrun.
Perkembangan pesat di sektor perdagangan terjadi setelah Abbas I menguasai kepulauan Hurmuz dan mengubah Pelabuhan Gumrun menjadi Bandar Abbas. Hal ini di karenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antara Barat dan Timur. Dengan ini, Safawi telah memegang kunci perdagangan Internasional, khususnya di teluk Persia yang ramai, di Utara Safawi menjalin Hubungan perdagangan dengan Rusia. Perdagangan di darat dari sentral Asia melalui kota-kota penting di Safawi seperti Harat, Merf, Nighafur, Tabriz, dan Baghdad. Di bidang pertanian, Safawiyah mengalami kemajuan karena daerah Bulan Sabit yang subur (Fertile Creshen).
2)      Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ini, kerajaan safawi dapat dikatakan lebih berhasil dari dua kerajaan besar islam lainnya pada masa yang sama, hadirnya ilmuwan yang terkenal seperti Baha Al-Din Al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sawar Al-Din Al-Syaerazi, filosof dan Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah.
3)      Bidang Pemberdayaan Fisik dan Seni
Di kota isfahan yang merupakan Ibukota kerajaan, berdiri bangunan-bangunan yang megah seperti mesjid-mesjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksash diatas Zende rud, dan istana chihil sutuh.
Dalam bidang seni, kemajuan terlihat pada gaya arsitektur bangunannya seperti pada Masjid Shah dari Masjid Syaikh Lutfallah, Unsur seni lainnya berupa kerajaan tanggah, keramik, karpet, permadani dan zenunak.
4)      Kemajuan di Bidang Politik
Masa kemajuan Kerajaan Safawi tidak langsung terjadi pada masa Ismail, Raja pertama (1501-1524 M) kejayaan Safawi yang gemilang baru di capai pada masa Syah Abbas yang Agung (1587-1628 M) Raja yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Dia telah memberikan corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai mazhab negara. Syah Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah dan penyusunan struktur pemerintahan yang unik pada masanya
Seperti di katakan sebelumnya Safawi jaya pada masa Abbas I (1587-1628).   Syah Abbas yang Agung naik tahta pada usia 17 tahun. Ketika Abbas memerintah kerajaan Safawi berada dalam keadaan tidak stabil. Syah Abbas menempuh beberapa langkah untuk memperbaiki situasi tersebut, antara lain:
a)      Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang terdiri dari bekas tawanan perang bekas orang-orang Kristen di Georgia dan Circhasia yang sudah mulai di bawa ke Persia sejak Syah Tahmasap I (1524-1576) di beri nama “ Ghulam”.
b)      Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara berjanji menyerahkan wilayah Azerbaizan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan, dan tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar, Usman) dalam khutbah jum’atnya.
Secara politik Syah Abbas I sangat maju, karena ia mampu mewujudkan integritas wilayah negara yang luas yang di kawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh. Angkatan bersenjata yang di sebut “ghulam”, dalam proses pembentukannya di katakan bahwa Syah Abbas I mendapat dukungan dari dua orang Inggris yaitu Sir Antoni Sherly dan saudaranya Sir Rodet Sherly. Mereka mengajari tentara Safawi untuk membuat meriam sebagai pelengkapan negara yang modern. Kedatangan kedua orang Inggris itu oleh sebagian sejarawan di pandang sebagai upaya strategi Inggris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa yang menjadi musuh besar Inggris saat itu. Bagaimanapun dengan bantuan dua orang Inggris itu Syah Abbas memiliki tentara dapat diandalkan. Hal ini terbukti sekitar 3.000 Ghulam di jadikan “Cakrabirawa” oleh Syah sendiri.
Kemajuan lain di bidang politik yang di tunjukkan Syah Abbas, yaitu keberhasilannya merebut kembali daerah-daerah yang pernah di rebut Turki Usmani.
5)      Kemajuan di Bidang Seni Arsitektur
Ibu kota Safawi adalah kota yang sangat indah. Pembangunan besar-besaran dilakukan Syah Abbas terhadap Ibu kotanya Isfahan.pada saat Syah Abbas I meninggal, terdapat 162 buah Masjid, 48 buah Perguruan tinggi, 1082 Losmen yang luas untuk penginapan tamu syah dan 237 unit pemandian umum. “Bangunan yang paling terkenal adalah Mesjid Luthfullah yang di bangun pada 1603 M dan selesai 1618 M, merupakan sebuah Oratorium yang di sediakan sebagai tempat peribadatan pribadi Syah. Pada sisi bagian selatan terdapat mesjid kerajaan yang mulai di bangun pada 1611 M dan selesai pada 1629 M pada sisi bagian Barat berdiri Istina Ali Qapu yang merupakan gedung pusat pemerintahan. Pada sisi bagian Utara berdiri bangunan monumental yang menjadi simbol bagi gerbang menuju bazar kerajaan dan sejumlah pertokoan, tempat pemandian, Caravansaries, mesjid dan perguruan”. Syah Abbas juga membangun Istana yang megah yang di sebut Chihil Sutun atau Istana empat puluh tiang,sebuah jembatan besar di atas sungai Zende Rud dan Taman Bunga Empat Penjuru.
6)      Kemajuan di bidang Filsafat dan Sains
Pada Kerajaan Safawi Filsafat dan Sains bangkit kembali di dunia islam, dan khususnya di kalangan orang Persia yang berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan. Perkembangan ini erat kaitannya dengan Aliran Syiah yang di tetapkan Safawi sebagai ideologi resmi Negara.
Dalam Syiah terdapat dua golongan, yakni Akbari dan Ushuli. Mereka berbeda dalam memahami ajaran agama. Akbari cenderung berpegang teguh kepada hasil ijtihat para mujtahit syiah yang sudah mapan. Sedangkan ushu;li mengambil langsung vdari Al-qur’an dan Hadits, tanpa terikat kepada para mujtahid. Golongan Ushuli inilah yang paling berperan pada masa Syafawi. Dibidang teologi mereka mendapat dukungannya dalam mazhab Muktazilah pertemuan kedua elemen  kelompok inilah yang berperan pada terwujudnya perkembangan baru dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia Islam yang kemudian melahirkan beberapa filosuf dan Ilmuan.
Ada dua aliran filsafat yang berkembang pada masa Safawi yaitu “aliran filsafat perifatetik” seperti yang bdikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi, dan “aliran filsafat israqi” yang di bawa oleh  Suhrawardi pada abad XII.
Beberapa tokoh filsafat yang muncul pada masa Safawi antara lain Mir Damad alias Muhammad Baqir Damad 1631 M yang dianggap sebagai guru ketiga setelah Aristoteles dan Al-farabi, dan Mulla Shadra atau Shadr Al-din Al-Syirazi. “Menurut amir Ali ia adalah seorang dialektikus yang paling cakap di zamannya”, dan Baha Al-Syerazi seorang generalis Ilmu Pengetahuan.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan Syah Abbas sendiri ikut aktif dalam penelitian ilmu-ilmu tersebut, Kota Qumm pada saat itu menjadi pusat pengenbangan kebudayaan dan penyelidikan mazhab Syiah terbesar.

I.      Kurikulum Yang Di Pakai Di Persia
Pada dasarnya system dan praktik pendidikan pada masa disasti safawi ini didominasi oleh tiga jenis pendidikan yaitu :
·        Pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti untuk menetapkan paham syiah.
·        Pendidikan estetika dan penekananya pada seni karya yang diharapkan mampu mendukung sector industry dan perdangan dinasti safawi. Yaitu pendidikan militer dan menejemen pemerintahan, ditujukan untuk memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintah dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan.
J.     Sarana Dan Prasarana Pada Masa Safawi
Pada masa syah Abas I, telah mengembangkan keilmuan dan pendidikan. Seperti dibangunnya 162 Masjid dan 48 pusat pendidikan, dalam data versi lain menyebutkan 162 masjid dan 446 sekolah.
Pada saat itu juga lembaga pendidikan bukan hanya dibangun oleh para kerabat kerajaan namun para hartawan ikut dalam membangun lembaga pendidikan, seperti Zinat Begum mendirika madrasah Nim Advard (1705).Izzat khanum mendirikan madrasah Mirza Husain (1687).
K.  Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan.
Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuankemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I). Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi'ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehinggamereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka, 1981:71).Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi gebernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan (budak Husein). Dengan pengakuai ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan (Holt, 1970:426).
Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian Dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia (Holt, 1970:428-429).
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
a)      Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
b)      Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
c)      Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
d)     Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
e)      Ulama mulai meragukan otoritas Syah yang berlangsung secara turun temurun, sebagai penanggung jawab pertama atas ajaran Islam syiah.



BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Kerajaan Safawiyah merupakan kerajaan Islam yang termasuk kerajaan besar saat itu. Pada masa tersebut ilmu pengetahuan, seni, maupun politiknya mengalami kemajuan. Hal ini didorong oleh suatu fakta bahwa orang-orang Persia (mayoritas penduduk kerajaan Safawi adalah bangsa Persia) adalah bangsa yang mencintai seni dan ilmu pengetahuan. Selain itu keberadaan kerajaan Safawiyah yang berada di Persia juga mempengaruhi madzhab resmi negara monarkhi tersebut. Kerajaan Safawiyah menganut madzhab syiah sebagai madzhab resmi negara. Namun dapat disimpulkan bahwasanya praktek pendidikan dan intelektual pada masa dinasti safawi secara keseluruhan diarahkan untuk memperkokoh doktrin paham syiah, dan pada sisi lain penguatan birokrasi hingga penggunaan kekerasan militeristis dijadikan alasan untuk memperkuat keyakinan rakyat terhadap ajaran syiah.
Pada dasarnya system dan praktik pendidikan pada masa disasti safawi in, didominasi oleh tiga jenis pendidikan, pertama pendidikan indoktrinatif sebagai kurikulum inti untuk menetapkan paham syiah. Kedua pendidikan estetika dan penekananya pada seni karya yang diharapkan mampu mendukung sector industry dan perdangan dinasti safawi. Dan ketiga yaitu pendidikan militer dan menejemen pemerintahan, ditujukan untuk memperkuat armada perang untuk keperluan pertahanan pemerintah dan profesionalisme pengelolaan administrasi pemerintahan. Zaman dinasti Safawi yang beraliran Syi’ah memiliki perhatian yang besar dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan dibandingkan dengan dua dinasti lain yang hidup sezaman denganya.
Kemajuan dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan pada zaman dinasti safawi ini tampak lebih dominan diwarnai oleh perkembangan dalam bidang kesenian daripada hal-hal yang berkaitan dengan sains dan pendidikan.
Faktor lain yang menyebabkan kurang berkembangnya sains dan pemikiran ilmiah pada zaman ini karena para pemikir terkuras habis dalam melahirkan pemikiran keagamaan secara umum yang diarahkan untuk mendukung paham Syi’ah dan adanya kecurigaan yang berelebih dari pihak penguasa pada setiap ilmuwan yang akan mengemukakan gagasannya.

B.   SARAN
Kita sebagai umat Islam harus lebih mengembangkan pengetahuan kita akan alamciptaan ALLAH yang sangat luas ini. Dan kita harus dapat pula membaca tanda-tanda kebesarannya melalui ciptaanNya. Sehingga kita dapat benar-benar menjadi hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya.



DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Suwito, Sejarah sosial Pendidikan Islam, Prenata Media, Jakarta : 2005
Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Uin Jakarta press, 2007
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers,1993.
Suwito,2005, Sejarah Social Pendidikan Islam, Jakarta, kencana
Ira, 1999, Sejarah Social Ummat Islam. Jakarta, PT Grafindo persada
Musyrifa, 2004, Sejarah Islam Klasik, Jakarta, Prenana Media
http://raihsafitri05.blogspot.co.id
https://penddikansafawidipersiarezkiasary.blogspot.co.id/2016/08/pendidikan-pada-masa-safawi-di-persia.html