A. pengertian dan Ruang Lingkup Akidah
1. pengertian akidah
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari
kata al-'aqdu(الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau
keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan),
dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada
keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya
2. Ruang Lingkup Akidah
Menurut Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :
1.Ilahiyyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan
denganAllah, sepertiwujud Allah, sifat Allah, nama dan Perbuatan Allah dan sebagainya.
2. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para
Rasul ,mu’jizat rasul dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat,yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti jin,
iblis, syaitan , roh ,malaikat dan lain sebagainya
4.Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam
barzkah, akhirat dan Azab Kubur,
tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.
Adapun
penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam Rukun Iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah
Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah,
membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya,
maupun dalam menerimah ibadah segenap makhluknya.
2. Iman Kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat
ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang
tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah
beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan
rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Keyakinan kepada
kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu
Allah. Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah beritikad bahwa Allah ada
menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun
yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup
manusia. Baik untuk akhirat, maupun untuk dunia, baik
secara induvidu maupun masyarakat.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
Yakin
pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi
dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu,
akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat
manusia. Rasul adalah utusan Allah yang
berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.
5. Iman kepada hari Akhir
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah
menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang sudah dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai
dengan hasil
perbuatan selama di dunia.
6. Iman kepada qada dan qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Allah selalu berbuat menurut
Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak
berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Allah ini mencakup dalam ciptaannya,
baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
B. sumber- sumber akidah Islam
Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah artinya informasi apa saja yang wajib diyakini hanya
diperoleh melalui Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Al-Qur’an memberikan
penjelasan
kepada manusia tentang segala sesuatu. Firman Allah :
لِلْمُسْلِمِي وَبُشْرَى
وَرَحْمَةً وَهُدًى شَيْءٍ لِكُلِّ تِبْيَانًا لْكِتَابَ عَلَيْكَ
وَنَزَّلْنَا .
. .
...Dan
Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat, bagi orang-orang yang berserah diri (QS. Al-
Nahl/16: 89)
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, dia hanya berfungsi
untuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba
membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an dan Al-Sunnah (jika diperlukan). Itupun harus
didasari oleh semua kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat terbatas.
C. Beberapa Kaidah Akidah
1. Apa
yang saya dapat dengan indera saya, saya yakin adanya, kecuali bila akal saya
mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya,
bila saya untuk pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas berisi air
putih kelihatan bengkok, atau melihat genangan air di tengah jalan
[fatamorgana], tentu saja saya akan membenarkan hal itu. Tapi bila terbukti
kemudian bahwa hasil penglihatan indera saya salah maka untuk kedua kalinya
bila saya melihat hal yang sama, akal saya langsung mengatakan bahwa yang saya
lihat tidak demikian adanya.
2. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan
langsung, juga bias melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa
berita.Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita
meyakini adanya. Misalnya anda belum pernah ke Thailand, Afrika atau Yaman,
tapi anda meyakini bahwa negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta
sejarah, tentang Daulah Abbasiyah, Umayyah atau tentang kerajaan Majapahit, dan
lain-lain, anda meyakini kenyataan sejarah itu berdasarkan berita yang anda
terima dari sumber yang anda percaya.
3. Anda
tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa
menjangkaunya dengan indera anda.Kemampuan alat indera memang sangat terbatas.
Telinga tidak bisa mendengar suara semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak
bisa menyaksikan semut dari jarak jauh. Oleh karena itu, seseorang tidak bisa
memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena inderanya tidak bisa menyaksikannya.
4. Seseorang
hanya bisa menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya. Khayal
manusiapun terbatas. Anda tidak akan bisa menghayalkan sesuatu yang baru sama
sekali. Waktu anda menghayalkan kecantikan seseorang secara fisik, anda akan
menggabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah anda
saksikan.
5. Akal
hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu. Tatkala mata
mengatakan bahwa tiang-tiang listrik berjalan waktu kita menyaksikannya lewat
jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi apakah akal bisa
memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akalpun
terbatas. Akal tidak bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang
dan waktu.
6. Iman
adalah fithrah setiap manusia. Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya
Tuhan. Pada saat seseorang kehilangan harapan untuk hidup, padahal dia masih
ingin hidup, fithrahnya akan menuntun dia untuk meminta kepada Tuhan. Misalnya
bila anda masuk hutan, dan terperosok ke dalam lubang, pada saat anda
kehilangan harapan untuk bisa keluar dari lubang tiu, anda akan berbisik “Oh
Tuhan!”
7. Kepuasan
materil di dunia sangat terbatas. Manusia tidak akan pernah puas secara
materil. Seorang yang belum punya sepeda ingin punya sepeda. Setelah punya
sepeda ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil, pesawat, dan lain lain.
Bila keinginan tercapai maka akan berubah menjadi sesuatu yang “biasa”, tidak
ada rasa kepuasan pada keinginan itu. Selalu saja keinginan manusia itu ingin
lebih dari apa yang sudah di dapatnya secara materil. Dan keinginan manusia
akan dipuaskan secara hakiki di alam sesudah dunia ini.
8. Keyakinan
tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya
Allah. Jika anda beriman kepada Allah, tentu anda beriman dengan segala
sifat-sifat Allah, termasuk sifat Allah Maha Adil. Kalau tidak ada kehidupan
lain di akhirat, bisakah keadilan Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua
penjahat menanggung akibat kejahatannya di dunia ini? Bukankah tidak semua
orang yang berbuat baik merasakan hasil kebaikannya?. Bila anda menonton film,
ceritanya belum selesai tiba-tiba saja dilayar tertulis kalimat “Tamat”,
bagaimana komentar anda? Oleh sebab itu, iman anda dengan Allah menyebabkan
anda beriman dengan adanya alam lain sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir.
D. Fungsi dan Peranan Akidah
Kesadaran
umat Islam tentang urgensi aqidah sebagai jalan hidup seakan telah mengalami
penurunan, hal ini dapat diakibatkan karena sudah tidak adanya lagi dasar
aqidah yang kuat yang terpatri dalam lubuk setiap pribadi masing-masing.
Seiring perkembangan teknologi saat ini, manusia sedikit demi sedikit terlalu
menggantungkan hidupnya dengan fasilitas yang bersifat duniawi yang telah
mereka dapatkan. Padahal jika kita renungi bersama bahwa segala yang ada dan
terjadi di duniawi ini ada yang mengatur yaitu Allah SWT. Ketenangan dan
kebahagiaan tidak dapat kita raih tanpa meminta kepada-Nya, kita harus kembali
bersandar pada Allah SWT dalam mengarungi hidup ini. Tawakal adalah kunci
segala kekecewaan, dan dasar aqidah yang kuat menjadi kunci pembuka ketenangan
hidup.
Beberapa fungsi dan peranan aqidah adalah sebagai berikut:
1. Menuntun dan
mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir.
Manusia
sejak lahir memiliki potensi keberagamaan (fitrah) sehingga sepanjang hidupnya
membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan terhadap Tuhan. Aqidah Islam
berperan memnuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun, dan mengarahkan
manusia pada keyakinan yang benar tentang Tuhan, tidak menduga-duga atau
mengira-ngira, melainkan menunjukkan Tuhan yang sebenarnya.
2. Memberikan ketenangan
dan ketentraman jiwa
Agama sebagai kebutuhan fitrah akan
senantiasa menuntut dan mendorong manusia untuk terus mencarinya. Aqidah
memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohaniahnya dapat terpenuhi.
Ia memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa yang diperlukannya.
3. Memberikan pedoman hidup
yang pasti
Keyakinan
terhadap Tuhan memberikan arahan dan pedoman yang pasti sebab aqidah
menunjukkan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya. Aqidah memberikan
pengetahuan asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih
jelas dan lebih bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Besse,fatimah. 2016. "AKIDAH AKHLAK TENTANG AKIDAH", dalam http://bessefatimah0.blogspot.co.id/2016/05/makalah-akidah-akhlak-tentang-aqidah.html. Diakses pada 20Juni2017, pukul 11.54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar