Powered By Blogger

Senin, 19 Juni 2017

MAKALAH HADIS TARBAWI TENTANG KEIKHLASAN, HONOR, DAN GAJI DALAM PENDIDIKAN

KEIKHLASAN, HONOR, DAN GAJI DALAM PENDIDIKAN
(Keutamaan Ikhlas Mencari Ilmu, Pengajar Boleh Menerima Upah, Tidak Riya’)


 

MAKALAH
Didiskusikan dalam diskusi kelas pada mata kuliah
 Hadist Semester 4 Jurusan Pendidikan Agama Islam
OLEH:
Kelompok 10
1.      MUH. AKBAR SYAHRIR               20100115148
2.      SULMIATI SULEMANG                 20100115141
3.      ARISKA ASFILASARI                    20100115160
            
Dosen Mata Kuliah:
Dr. Muh. Rusdi M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2017

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah Nya atas terselesaikannya tugas makalah Hadis tentang Keutamaan Ikhlas Mencari Ilmu, Pengajar Boleh Menerima Upah, dan Tidak Riya’ ini.
Shalawat beserta salam semoga tetap kepangkuan junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Sebagai pencerahan kehidupan umat manusia di jagat raya ini. Amiin.
Setelah terselesainya tugas Hadist dengan judul: “Keikhlasan, Honor, dan gaji dalam Pendidikan”. Penulis harapkan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam mempelajari, menelaah dan memahaminya. Harapan kami, semoga makalah atau resuman ini bisa membantu untuk pembelajaran kita semua sesuai dengan yang diharapan. Amiin.
Pada akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis berlindung dan memohon tumpahan rahmat-Nya. Amiin.
Wassalamu’alaikm Wr. Wb

Makassar, 8 Mei 2017

Penulis

 BAB I
PEMBAHASAN
A.      Keutamaan Ikhlas Mencari Ilmu
عن انس بن ما لك قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم من خرج في طلب العلم كان في سبيل الله حتى يرجع (اخرجه الترمذي) قال ابوعيسى هذا حديث حسن غريب ورواه بعضهم فلم يرفعه.
1.       KosaKata (Mufradat)
a.       خرج                                = keluar
b.      فى سبىل ا لله                       = di jalan allah, jihad, dan taat ke[ada allah
c.       يرجع                               = kembali pulang ke tempat tinggal
2.       Terjemahan
Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW berbda: “barang siapa yang keluar dalam mencari ilmu, maka ia pada jalan Allah sehingga ia pulang”. Abu Isa berkata hadis ini hasan gharib dan sebagian mereka meriwayatkannya tetapi tidak dimarfu’kan kepada Rasulullah SAW. (HR. al-Turmudzi).
3.       Penjelasan Syarah Hadist
Hadis diatas member motivasi kepada umat agar selalu mencari ilmu dan selalu menuntut ilmu, tidak pandang di tempat yang dekat atau jauh, tidak pandang di dalam rumah atau di luar rumah dan tidak pandang di dalam negri atau di luar negri. Mencari ilmu adalah kebutuhan pokok bagi manusia untuk membekali kehidupannya yang sangat bermanfaat, bagi orang mukmin kemanfaatan yang diperoleh di dunia dan di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda:
من خرج فى طلب العلم
“Barang siapa yang keluar mencari ilmu”.
Barang siapa yang keluar, makna “keluar” melangkah ada usaha mencari ilmu atau diartikan keluar dari rumahnya atau keluar dari dalam negerinya. Belajar tidak harus ke luar rumah, belajar tidak harus ke luar daerah atau ke luar negeri. Belajar ke luar rumah atau ke luar daerah karena ada alas an yang mendorong harus keluar. Misalnya, tidak ada fasilitas atau tidak ada guru di dalam rumah, tidak ada jenjang yang lebih tinggi di daerahnya dan seterusnya.
Maksud ilmu di sini adalah syara’ baik bersifat fardu ‘ain maupun fardu kifayah. Al-ghazali yang dikutib kitab faydh al-qadir menjelaskan makna ilmu di sini adalah ilmu bermanfaat, ilmu yang dapat menambah rasa takut kepada Allah dan mengurangi rasa cinta dunia yang berlebihan. Setiap ilmu yang tidak mengajak engkau dari dunia ke akhirat, maka kebodohan kembali kepada engkau, itulah ilmu yang tidak bermanfaat. Jadi makna ilmu dalam hadis diatas dapat diartikan ilmu yang bermanfaat untuk mencari rida Allah. Orang yang keluar mencari ilmu dengan iat yang baik sebagaimana di atas akan mendapat pahala yang besar, yaitu sebagaimana sabda Nabi berikutnya:
كا ن في سبيل الله حتى يرجع
“Maka ia pada jalan Allah sampai pulang”
Orang tersebut dihukumi sebagai mujahid atau orang yang jihad di jalan Allah, mendapat pahala sebesar pahala jihad dan andai kata meninggal pada pertengahan perjalanan menuntut ilmu di hukumi mati syahid sehingga pulang atau selesai suatu program atau suatu jenjang. Hadis dekat hubungannya dengan firman Allah dalam QS. At-Taubah (9): 122:
وماكان المؤمنون لينفروا كافة فلولانفرمن كل فرقةمنهم طائفة ليتفقهوافي الدين ولينذرواقومهم اذارجعوااليهم لعلهم يحذرون.
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Megara tidal porgy dare tiap-tiap golongan ke antara mereka beberapa oaring untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."
Ayat ini tidak perintah kepada seluruh umat islam agar keluar semua untuk berjihad atau berperang melawan orang-orang kafir yang menyerang. Tetapi hendaknya segolongan mereka ada yang mendalami agama (tafaqquh fi al-din), ada yang menjadi ulama, ada yang menjadi dokterr, ada yang menjadi insinyur, ada yang menjadi polisi dan lain-lain. Berbagai sector tersebut merupakan ragam keahlian atau profesi yang harus dimiliki umat islam yang saling menyempurnakan. Asal disertai dengan niat yang baik semua itu pahalanya sama dengan pahala berjihad.
Persamaan penuntut ilmu dengan jihad adalah sama-sama menghidupkan agama, mengalahkan perlawanan setan dan menguasai hawa nafsu. Tujuan jihad adalah menghidupkan agama, menyebarkan ilmu, bagaimana umat agar kenal Tuhannya dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya kepada-Nya. Ketika umat islam terhalang dalam dakwah islamiyahnya, bahkan dimusuhi, diserang dan terancap hidup mereka, maka mereka harus membela diri. Demikian juga penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, taklim dan lain-lain diberbagai tempat adalah dalam rangka menghidupkan agama (ihya’ al-din). Andai kata seluruh madrasah ditutup, demikian juga pesantren, majelis-majelis ilmu di masjid, mushalla, majelis taklim dan lain-lain, tidak lama agama pasti mati. Jelaslah bahwa penyelenggaraan majelis-majelis ilmu atau menuntut ilmu berfungsi menghidupkan agama.
4.       Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis
a.       Kedudukan ilmu sama dengan jihad di jalan Allah dan mendapat pahala yang sama, karena keduanya mempunyai makna yang sama yaitu menghidupkan agama.
b.      Orang yang meninggal di tengah-tengah pembelajaran mendapat pahala mati syahid
c.       Pelajar berhak menerima harta zakat baik masuk apada fi sabilillah atau sebagai miskin.

B.      Pengajar Boleh Menerima Upah
عن ابن عباس ان نفرا من اصحاب انبي صل الله عليه وسلم مروابماءفيهم لديغ اوسليم فعرض لهم رجل من اهل الماء فقال هل فيكم من راق ان في الماء رجلا لديغا اوسليمافانطلق رجل منهم فقرأ بفاتحة الكتاب على شاء فبرأفجاء بالشاءالى اصحابه فكرهواذلك وقالوااخذت على كتاب الله اجرا حتى قدمواالمدينة فقالوايارسول الله اخذعلى كتاب الله اجرافقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان احق ما اخذتم عليه اجراكتاب الله. (أخرجه البخاري)
1.       Kosakata (mufradat)
a.       بما ء                                = Pada air, dimaksudkan pada suatu kaum atau desa tempat turun air
b.      لدىغ                  = Binatang yang menggigit yang berbisa seperti kalajengking. Pengunaan kata ladigh pada kalajenking secara majaj (makna kaisan)asalnya kataladagh (لدغ) digunakan pada binatang berbisa pada mulutnya seperti ular, sedangkan binatang yang berbisa pada ekornya disebut lasa’ (لسع), yang berbisa pada giginya disebut nahis (نهىس), yang berbisa pada hidungnya disebut nakaz (نكز), yang berbisa pada suing atau taring disebut nasyath (نشط).
c.       من اهل الماء              =Penduduk tempat turun air.
d.      سلىم                 =Nama binatang yang berbisa di air, asal artinya yang selamat Karena ada harapan agar selamat daripadanya.
e.      راق                    =seseorang yang bisa ruqiyah, jampi-jampi pengonbatan orang sakit dengan membaca Al-Quran atau doa-doa dari Nabi
f.        على شاء                   = Dengan upah seekor kambing.
g.       فكرهواذلك                = Mereka benci hal itu.
h.      أخذتم                       = Engkau ambil, engkau terima.
2.       Terjemahan
Dari Ibnu Abbas ada sekelompok sahabat Nabi berjalan melewati sebuah kaum tepat turun air didalamnya ada seseorang digigit binatang berbisa atau disebut binatang salim. Seseorang dari penghuni air itu menawarkan kepada mereka : adaapakah ada diantara kamu seseorang yang bisa mengobati (rukiah) pada air itu ada seorang yang digigit binatang berbisa? Datanglah seorang dari mereka membacakan alfatihah dengan diberi upah seekor kambing. Seorang yang tergigit binatang berbisa itu sembuh kemudian seekor kambing itu dibawa kepada teman-temannya, tetapi mereka tidak suka hal itu. Mereka berkata: “engkau ambil upah atas kitab Allah”? sehingga mereka datang ke madinah lantas bertanya: “Hai Rasulullah dia mengambil upah atas kitab Allah”. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sesuatu yang paling berhakkamu ambil upah adalah kitab Allah.” (HR. al-Bukhri)
3.       Penjelasan (syarah Hadis)
Hadis di atas memberikan motivasi bolehnya menerima upah bagi pengajar, guru atau pendidik serta pengobatan jampi-jampi yang membaca Al-Quran. Latar belakang atau asbab al-warud hadis di atas adalah ketika sekolompok sahabat Nabi SAW melewati sebuah kaum yang tinggal di tempat turunnya air. Di situ terjadi peristiwa mengejutkan ketika ada seekor binatang berbisa (mungkin ular atau kalajengking) di dalam air itu menggigit salah seorang di antara mereka . lantas mereka meminta tolong kepada sahabat Nabi untuk mengobatinya. Di anata mereka bertanya: apakah ada diantara kalian yang bisa mengobati orang sakit yang digigit binatang berbisa? Salah seorang sahabat Nabi berangkat mengobatinya dengan dibacakan surat al-Fatihah. Dengan izin Allah, orang yang tergigit binatang berbisa itu dapat disembuhkan dan dikasih upah seekor domba.
Ketika menerima upah itu para sahabat menanggapinya negative dan hati mereka merasa tidak berkenan menerima upah tersebut karena seolah menjual ayat Al-Quran dengan harta benda yakni seekor domba. Mereka bertekad melaporkan peristiwa ini kepada Rasulullah di Madinah. Setelah di Madinah, mereka bertanya kepada beliau. Lantas beliau menjawab:
ان احق مااخذتم علىه اجرا كتاب الله
“sesungguhnya sesuatu yang paling berhak kamu ambil upah adalah kitab Allah.”
Pada riwayat al-A’masy selain al-Turmidzi diperjelas sekelompok sahabat tersebut sejumlah 30 orang yang diutus Nabi pada malam hari melewati suatu kampung Arab, tidak dijelaskan kampung apa namanya dan konteks utusan ini bukan dalam jihad. Syekh ‘Athiyah Muhammad Salim dalam syarah al-Maram menjelaskan: ada sekelompok sahabat Nabi yang melewati suatu kaum pada malam hari, mereka ingin bertamu dan itu sudah menjadi kebiasaan orang arab menerima dan menjamu tamu. Tetapi penduduk kampung itu menolaknya, lantas berpindah ke kempung lain. Kemuadian diantara tokoh kampung yang menolak tamu itu tersengat kalajengking pada malam itu juga, mereka mencari berbagai obat tetapi tidak dapat menyembuhkan. Di antara mereka berpendapat coba kita bertanya kepada rombongan tamu yang kita tolak itu barangkali ada di antara mereka yang bisa mengobatinya. Mereka pun mendatanginya dan bertanya apakah ada di antara kalian yang bisa mengobati pimpinan kami yang sedang kesakitan tersengat kalajengking? Jawab mereka: ya, bisa. Mereka mengundang datang ke kampungnya unntuk mengobati, tetapi sahabat Nabi itu merasa enggan hadir di kampung halamannya karena telah ditolak bertamu kecuali dengan dibayar dengan upah yang pasti. Kemudian terjadi kesepakatan sekitar 20 hingga 30 ekor kambing.
Sahabat Nabi itu mengunjunginya, dibacakannya Al-Quran surah al-Fatihah dengan izin Allah pnpinan penduduk itu bisa sembuh dan dapat bangun seolah terlepas dari ikatan tali. Kambing itu dibawanya dan akan dibagikan kepada sahabat-sahabat lain dalam rombongan tersebut, tetapi para sahabat menolaknya sebelum upah ini diperbolehkan Nabi SAW. Setelah sampai di Madinah Nabi memperbolehkannya dan bersabda: “Ketahuilah bahwa itu adalah ruqiyah”. Nabi senyum dan bersabda: “Bagi mereka dan aku satu bagian:. Setelah dibagi beliau menyampaikan Hadis di atas.
Al-Asqalany menjelaskan bahwa ada dua kisah berkaitan dengan rukiyah yang dilakukan sahabat Nabi, yang kedua terhadap seorang yang terkena penyakit gila kemudian dibacakan surah al-Fatihah dan dapat disembuhkan (HR. Abu Daud, al-Turmudzi, dan al-Nasai).
Berdasarkan Hadis di atas:
ان احق ما احذتم علىه اجرا كتا ب ا لله
“Sesungguhnya sesuatu yang paling berhak kamu ambil upah adalah kitab Allah”.
Al-Asqalaniy dalam fath al-Bariy (4):453 menjelaskan adanya perbedaan pendapat para ulama dalam sistem penggajian, honor, atau upah dalam pendidikan dan pengajaran:
a.       Jumhur ulama memperbolehkan menerima upah dalam pengajaran berdasarkan hadis di atas.
b.      Ulama Hanafiyah melarang penerimaan upah dalam pengajaran dan memperbolehkannya dalam pengobatan atau ruqiyah saja. Alas an mereka mengajarkan Al-Quran adalah ibadah pahalanya dari Allah, kebolehan menerima upah dalam ruqiyyah karena adanya hadis tersebut. Sebagian mereka berpendapat bahwa makna kata ajran (اجرا) pada hadis di atas diartikan pahala sama dengan tsawab, tetapi interpretasi ini di tolak oleh sebagian ulama karena tidak sesuai dengan konteks Asbab Wurud al-Hadis seperti di atas. Sebagian ulama berpendapat bahwa hadis di atas dinasakh (dihapus) dengan hadis ancaman menerima upah dalam pengajaran sebagaimana yang diriwayatkan Abu Daud. Pendapat inipun ditolak karena permasalahan nasakh harus ada indikasi yang tegas, sementara pada hadis di atas tidak ada indikasi itu.
Syekh ‘Atiyah Muhammad Salim dalam syarah bulugh al-maram, menjelaskan bahwa berdasarkan hadis di atas hokum menerima upah atau gaji dalam pengajaran Al-Quran atau membacakannya ada beberapa pendapat:
a.       Jika pemberian upah atau gaji dari kehendak sendiri dari orang yang diajar atau yang dibacakannya boleh saja.
b.      Jika diupahkan mengajar atau diberi upah karena membaca Al-Quran tidak diperbolehkan.
Kesimpulannya, tidak ada larangan secara mutlak dan secara tegas dalam sistem gaji, honor dan upah dalam pendidikan dan pengajaran, tetapi tergantung pada kondisi yang dihadapi karena memungkinankan kompromi pada hadis-hadis shahih yang lahirnya kontra. Al-Bukhari sendiri meriwayatkan Hadis di atas dengan beberapa teks yang sama menunjukkan adanya kecendrungan bolehnya menerima gaji atau honor dalam pegajaran Al-Quran.
Abd. Al-Muhsin al-Ibad dalam syarah Abi Daud (3): 403 pada bab upah azan menyatakan bahwa upah atau pengajian pada tukang azan, imam mesjid, dan guru pengajar Al-Quran atau ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah para ulama berbeda pandangan ada tiga pendapat:
a.       Boleh menerima upah dengan alasan hadis upah pada ruqiyah sebagaimana hadis di atas
b.      Tidak boleh menerima upah secara mutlak. Bolehnya menerima upah apa bila berbentuk arang yang diwakafkan bagi kaum muslimin atau uang kas dan atau amal dari dermawan
c.       Perumpamaan pengajaran al-Quran bagaikan wali anak yatim, jika dia orang mampu tidak mau mengambil upah dan bila ia miskin ambillah dengan makruf.
Dari berbagai pendapat di atas tidak ada yang memperbolehkan honor atau gaji secara mutlak. Bolehnya, selalu ada catatan yang intinya dalam profesionalis guru agama atau Al-Quran jangan tawar-menawar seperti tukang kayu, tukang besi atau profesi lain yang semata mencari pahala dari Allah SWT.
4.       Pelajaran yang Dipetik dari Hadis
a.       Bolehnya menerima upah dalam pengobatan orang sakit dengan ruqiyah membaca ayat al-Quran atau doa-doa dari Nabi SAW.
b.      Bolehnya penggajian, honor atau uph bagi para guru, pegawai dan karyawan dalam sistem pendidikan dan pengajaran.
c.       Sunnahnya menerima, menghormati dan menjamu tamu yang datang untuk menginap.
d.      Bolehnya berobat dengan menggunakan jampi atau bacaan doa dari Al-Quran dan Hadis.
5.       Biografi Singkat Perawi Hadis Sahabat
Abdullah bin Abbas telah disebutkan pada Bab 1/A

C.      Tidak Riya
عن ابي هريرةقال سمعت رسول الله صل الله عليه وسلم يقول ان اول الناس يقضى يومالقيامةعليه رجل استشهد فأتي به فعرفه نعمه فعرفها قال فما عملت فيهاقال قاتلت فيك حتى استشهدت قال كذبت ولكنك قاتلت لانيقال جريءفقد قيل ثم امربه فسحب على وجهه حتى القي في النارورجل تعلم العلم وعلمه وقرأالقران فأتي به فعرفه نعمه فعرفها قال فماعملت فيهاقال تعلمت العلم و علمته وقرأت فيك القران قال كذبت ولكنك تعلمت العلم ليقال عالم وقرأت القران ليقال هوقارئ فقدقيل ثم امربه فسحب على وجهه حتى القي في النارورجل وسع الله عليه واعطاه من اصناف المال كله فأتي به فعرفه نعمة فعرفها قال فما عملت فيها قال ما تركت من سبيل تحب ان ينفق فيها الا انفقت فيها لك قال كذبت ولكنك فعلت ليقال هوجواد فقدقيل ثم امر به فسحب على وجهه ثم ألقي قي النار.(أخرجه مسلم)
1.       Kosakata (mufradat)
a.       يقضى                      = diadili, diputuskan
b.      استشهد                     = Seorang yang mati syahid.
c.       فأتي به                     = Maka ia didatangkan, dihadapkan untuk diperhitungkan amalnya.
d.      فعرفه                       = Ia diberitahu, diingatkan.
e.      نعمه                         = Berbagai kenikmatan.
f.        جريء                      = Seorang pemberani.
g.       ثم أمربه                   = Kemudian diperintahkan (malaikat penjaga Neraka Jahannam diperintah melemparkan ke dalamnya).
h.      فسحب علىوجهه        = Maka ia diseret di atas wajah tertelungkup.
i.         حتى ألقي في النار     = Sehingga dilempar ke dalam neraka.
j.        وسع الله عليه           = Allah luaskan atasnya.
k.       من اصناف المال      = Dari berbagai harta.
l.         جواد                   = Seorang dermawan.
2.       Terjemahan
Dari Abu Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya pertama kali manusia yang dipersidangkan besok hari kiamat adalah seorang mati syahid, ia pun mengakuinya. Allah bertanya: “apa yang telah engkau amalkan padanya”? Ia menjawab: “Aku berperang karena engkau sehingga aku mati syahid”. Allah berfirman: “Bohong engkau tetapi engkau berperang agar enkau dikatakan sebagai seorang pemberani dan sudah dikatakan itu. Kemudian diperintahkan kepadanya agar diseret atas mukanya (tertelungkup) sehingga dilempar ke dalam apa neraka. Seorang belajar dan mengajar ilmu serta membaca Al-Quran, kemudian didatangkan kepadanya dan diingatkan nikmat-nikmaynya, iapun mengakuinya. Allah bertanya: “Apa yang telah kamu kerjakan padanya”? ia menjawab: “aku belajar ilmu dan mengajarkannya, aku membaca Al-Quran karena engkau”. Allah menjawab: “Bohong engkau, tetapi engkau belajar ilmu agar dibilang orang alim dan engkau membaca Al-Quran agar dibilangi qari’ maka sudah dikatakan itu”. Kemudian ia diperintah agar diseret di atas mukanya (tertelungkup) sehingga dilempar ke dalam api neraka. Dan seorang yang diluaskan rezaki oleh Allah SWT ia diberi berbagai ragam harta semuanya kemudian ia didatangkan dan diingatkan nikmat-nikmatnya maka ia mengakuinya. Lantas Allah bertanya: “Apa yang telah engkau amalkan kepadanya”. Ia menjawab: “Aku tidak meningggalkan dari suatu jalan yang engkau cintai untuk diinfakkan melainkan aku infakkan padanya karena Engkau.” Allah menjawab: “Bohong engkau, akan tetapi engkau kerjakan agar engkau dipanggil sebagai dermawan, maka sungguh hal itu sudah dikatakan kepada engkau. Kemudian diperintahkan kepadanya agar diseret di atas mukanya (tertelungkup) kemudian dilempar ke dalam api neraka. (HR. Muslim)
3.       Penjelasan (Syarah Hadis)
Hadis Nabi SAW menjelaskan tentang berita nasib amal perbuatan manusia yang tidak ikhlas karena Allah besuk hari kiamat. Semua amal perbuatan yang tidak ikhlas karena Allah besuk hari kiamat. Semua perbuatan yang tidak karena Allah disebut riya. Kata “riya” diambil dari akar kata:
رأى يرى رؤية ورياء
Bermakna: “melihat”, maksudnya seorang beramal ingin dilihat manusia atau ingin dipuji orang dan seterusnya. Istilah lain seperti sum’ah mendengar yakni ingin didengar orang atau mendapat popularitas dan ‘ujub- heran, ingin orang lain takjub melihat amalnya dan seterusnya. Semua itu merusak pahala amal seseorang termasuk menuntut atau mengajarkan ilmu. Tidak ada pahala di sisi Allah SWT bagi seorang yang bermal bukan karena Allah bahkan haram hukumnya.
Pada awal Hadis Nabi bersabda:
ان اول الناس يقضى يوم القيا مة عليه......
“sesungguhnya pertama kali manusia yang di persidangkan besok hari kiamat…”
Ada beberapa hadis yang permulaannya mirip dengan hadis ini, tetapi konteksnya berbeda, sebagai berikut:
a.       Berkaitan dengan rukun islam yakni shalat.
ان اول ما يحا سب به العبديوم القيمة من عمله صلاته (أخرجه الترمذي)

“Sesungguhnya pertama kali diperhitungkan amal seorang hamba besok hari kiamat adalah shalatnya.” (HR. al-Turmidzi)
b.      Berkaitan dengan penganiyaan
واول ما يقضى بين الناس في الدماء (أخرجه البخاري ومسلم والنسا ئي)

“Sesungguhnya yang pertama kali dipersidangkan antara manusia adalah masalah darah”. (HR. Bujhari, Muslim, dan An-Nasa’i)
c.       Berkaitan dengan keikhlasan sebagaimana hadis tersebut.
ان اول الناس يقضى يوم القيا مة عليه.....
Semuanya menunjukkan betapa penting dan utamanya baik untuk dikerjakan seperti shalat atau untuk dihindari seperti mengalirkan darah manusia atau beramal yang bukan karena Allah. Hadis di atas menggambarkan ada tiga orang yang pertama kali diadili di hadapan Allah besok hari kiamat, sebagai berikut:
a.       Seorang pejuang
Seorang pejuang yang nanti mati dalam pertempuran melawan serangan orang-orang kafir itu dipanggil menghadap kepada Allah untuk diperhitungkan amalnya. Ia ingat dan mengakui atas segala kenikmatan yang diberikan itu. Ia ingat dan mengakui atas segala kenikmatan yang diberikan itu. Ketika itu kondisi manusia masih capai dan pelupa setelah menghadapi berbagai penderutaan di mahsyar. Lalu Allah bertanya: “Apa yang telah engkau lakukan padanya yakni sebagai tanda syukur terhadap nikmat-nikmat itu?” ia menjawab: “Apa berperang di jalan Allah karena engkau sehingga aku mati syahid”. Allah berfirman: “Bohong engkau tetapi engkau berperang agar engkau dikatakan sebagai pemberani dan gelar itu sudah engkau peroleh”. Kemudian ia diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka.
Pada dialog hadis ini menunjukkan orang mati syahid yang diterima amlnya oleh Allah hanyalah mereka yang berperang atau berjuang di jalan Allah hanya karena Allah atau karena melindungi agama Allah atau melindungi pemeluk agama Allah dari serangan orang-orang kafir. Makna berperang di jalan Allah adalah berjuang mencapai kebaikan untuk islam atau kemaslahatan umat islam. Hadis yang diriwayatkan Abu Musa al-Asy’ariy Rasulullah SAW bersabda:
من قتل لتكون كلمة الله هي العليا فهو في سبيل الله
“Barang siapa yang berperang (berjuang) untuk mengangkat kalimat Allah maka dia di jalan Allah.” (HR. Muttafaqun alaih).
Sebaliknya, jika seseorang yang berjuang di jalan Allah atau di jalan kebaikan tetapi niatnya bukan untuk Allah seperti ingin popularitas namanya atau supaya dipanggil sebagai pahlawan, pemberani dan lain-lain, atau karena ingin mendapatkan upah atau gaji yang besar bukan pejuang Allah dan tidak diterima amalnya oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam QS. Al-nisa(4):76:
الذين امنوا يقا تلون في سبيل الله و الذين كفروا يقا تلون في سبيل الطا غوت
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan tgahut.
Pejuang yang riya bukan karena Allah berarti perjuangan di jalan thaghut atau di jalan setan tidak diterima amalnya di sisi Allah SWT. Niat riya yang bukan Karena Allah membatalkan amal seseorang, seluruh amalnya menjadi hampa, tidak diyerima dan tidak mendapat pahala dari sisi-Nya.
b.      Seorang Pelajar dan Pengajar
Kedua, seorang yang belajar dan mengajarkan ilmu bahkan tidak henti-hentinya membaca Al-Quran didatangkan menghadap Allah untuk dihisab amalnya. Ia diingatkan nikmat-nikmat yang telah diberikan dan ia ingat dan mengakuinya. Allah bertanya: “apa yang telah kamu kerjakan sebagai tanda rasa syukur kamu terhadap nimat itu?” ia menjawab: “Aku mencari ilmu dan mengajarakannya karena engkau, aku membaca Al-Quran kerena engkau”. Allah menjawab “Bohong engkau, tetapi engkau belajar ilmu agar dibilang orang alim dan engkau membaca Al-Quran agar dibilang qari’ dan gelar itu sudah kamu dapat”. Kemudian diperintahkan kepada penjaga neraka agar menyeret dan dilempar kedalam api neraka.
Dialog hadi ini sebagai dalil kewajiban bagi penuntut ilu, murid, santri, pengajar, pendidik dan dosen hendaknya berniat ikhlas karena Allah, mencari rida Allah, memelihara syariat-Nya, menghilangkan kebodohan dirinya dan kebodohan masyarakat dan lain-lain dari niat yang baik. Jangan berniat mendapat pujian dan gelar dari manusia misalnya: ingin dipanggil orang alim, syekh, professor, kiai, ajengan dan lain-lain kalau tidak dipanggil seperti itu marah-marah. Penghargaan yang abadi dan bermanfaat yang sesungguhnya dari Allah bukan dari manusia. Penghargaan dari manusia tidak perlu dicari, tetapi ia datang dengan sendirinya jika amal seseorang memang benar-benar karena Allah.
c.       Seorang Dermawan
Giliran ketiga, seorang dermawan yang diluaskan rezakinya oleh Allah SWT didatangkan untuk dihisab. Ia siingatkan segala nikmatnya, ia ingat dan mengakuinya. Lantas Allah bertanya: “Apa yang telah engkau kerjakan pada nikmat-nikmat itu?”. Ia menjawab: “Aku tidak meninggalkan suatu jalan pun yang engkau cintai melainkan aku menginfakkan hartaku karena Engkau”. Allah menjawab: “Bohong engkau, engkau kerjakan itu semua agar engkau dipanggil sebagai dermawan, maka sungguh gelar itu sudah engkau dapatkan”. Kemudian orang kaya itu diperintahkan agar diserat dan dilempar ke dalam api neraka.
Ketiga amal seorang di atas merupakan symbol seluruh amal manusia yang meliputi segala bentuk amaliah manusia baik fisik, jiwa dan harta yang riya bukan karena Allah ditolak di sisi-Nya di hari persidangkan di hadapan Allah SWT.
Amal ibadah yang riya bukan karena Allah disebut syirik (menyekutukan Allah), sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-kahf  (18): 110:
فمن كان ير جو لقاءربه فليعمل عملا صا لحا ولا يشرك بعبادته ربه أحدا
Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada tuhannya.
Amal riya disebut syirik tersembunyi (syirik khafiy) atau disebut syirik kecil (syirik alshagar), karena yang bersangkutan kebanyakan tidak merasa bahwa niat seperti itu adalah syirik dan dosa besar. Pandangan hati, rasa pengabdian dan penyembahan seseorang yang seharusnya kepada Allah dialihkan kepada makhluk selain Allah, seolah-olah makhluk lain itu disembah dan setara dengan Tuhan. Amal seperti ini tidak ada pahala di sisi Allah, pahalanya berada pada makhluk yang ia sembah.
Hadis yang diriwayatkan Nahmud bin Labid Rasulullah SAW bersabda:
ان اخوف ما اخاف عليكم الشرك الاصغرقالواوما الشرك الاصغريارسول الله قال الياءيقول الله عزوجل لهم يوم القيامة اذاجزي الناس بأعما لهم اذهبواالى الذين كنتم تراءون في ادنيا فانطرواهل تجدون عندهم جزاء.
“sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti atas kamu adalah syirik kecil. Mereka bertanya apa itu syirikkecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: “ria” (amal yang bukan karena Allah). Allah berfirman pada hari kiamat pada hari amal manusia dibalas: “pergilah kepada mereka yang kamu pamerkan kepadanya di dunia, lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari sisi mereka?” (HR. Ahmad)
Syirik artinya bersekutu, bisa jadi amal seseorang separuh karena Allah dan separuh lagi karena selain Allah, amal yang seperti ini tidak diterima oleh Allah SWT. Misalnya seseorang melaksanakan shalat, rukuk dan sujudnya dipanjangkan, qiraah suratnya juga dipanjang dengan lagu yang mrdu kebatulan sebagai qari’, niatnya karena Allah dan karena di belakangnya ada tuan guru serta calon mertua, biar dibilang “shalatnya masya Allah”! shalat seperti ini disebut syirik menyekutukan Allah bersama tuan guru dan calon mertua tidak diterima di sisi Allah. Semua amalnya tertolak dan terhina tidak bisa menuntut pahala dari Allah tetapi diperintahkan minta pahala dari manusia yang disembah-sembah ketika beribadah atau beramal.
4.       Pelajaran yang Dipetik dari Hadis
a.       Kewajiban ikhlas dalam segala amal yakni mencari rida Allah baik dalam perjuangan mencari ilmu dan sedekah.
b.      Tiga orang yang pertama kali di persidangkan besok hari kiamat merupakan symbol pada segala amal manusia yakni meluputi amal badaniah (fisik), nafsiah (hati), dan amaliyah (harta).
c.       Niat ikhlas karena rida Allah menghasilkan dua kebaikan yakni kebaikan dunia dan kebaikan diakhirat.
d.      Amal ria yang bukan karena Allah hanya mendapatkan satu kebaikan yang bersifat sementara, yaitu kebaikan dunia saja tidak mendapat kebaikan akhirat atau malah tidak mendapatkan kebaikan sama sekali baik dunia dan akhirat
e.      Amal ria hanya mendapatkan penyesalan yang terjadi.
5.       Biografi Singkat Perawi Hadis Sahabat
Abu Hurairah telah disebutkan biografinya pada Bab 1/C.


BAB II
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Keikhlasan dalam pendidikan adalah menuntut ilmu untuk mencari rida Allah. Seorang pelajar yang belajar ilmu syara’ hanya ingin mendapatkan materi dunia semata tidak mendapat bau surge. Rida Allah  dalam niat berkaitan dengan niat yang baik, bukan semata kepentingan sementarakan tetapi kepentingan yang abadi yakni kebaikan.
B.      Saran
Demikianlah makalah yang telah kami buat, kritik dan saran sangat kami harapkan, demi perbaikan makalah kami. Jika ada kesalahan harap dimaklumi dan diberi saran, karena kesempurnaan hanya milik Allah.


DAFTAR PUSTAKA

Majid, abdul. Hadis tarbawi. Jakarta : Prenemedia group. Cet ke-3. 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar