A.
Sejarah Singkat Masuknya
Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan wilayah
Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh
sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grit tua menyebut selat
sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat sempit itu
terletak di benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang kenyataan memisahkan lautan
tengah dengan lautan atlantik.
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada tahun 507
M, didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut
dengan Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab
pada masa belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Islam masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan
Tariq bin Ziayad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia
dengan membawa 7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang
mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 Juli 711
berhadapan dengan pasukan Raja
Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna janda[3] dan berhasil
mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk memudahkan
pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa
mengalami perlawanan berarti.
Kondisi Andalusia pra kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan,
terutama ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya
dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan tertekan.
Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan
yang mampu mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan
momentumnya ketika kedatangan Islam di Andalusia.
Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik
(al-Walid I ) (naik tahta 86 H 1705 M ), khalifah keenam, ia menunjuk Musa bin
Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara.
Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika bagian barat dapat di
kuasai kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan
Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai
Andalusia.
Penaklukan Islam di Andalusia
tidak terlepas dari kepiawaian tiga heroic Islam, yaitu Tharif Ibn
Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke
Andalusia diawali oleh rintisan Tharif
ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya ini
kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota
Andalusia, Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan Cordova.
Bahkan raja Roderick (raja terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan pada
tahun 711 M.
Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah
Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian
ekspansi ini dilanjutkan pada waktu yang sama oleh Musa bin Nushair yang
akhirnya mampu menguasai Andalusia bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq,
tanpa memperoleh perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya
bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke tangan Islam. Pada
saat itu kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul
Malik hanya menjadikan daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia
menunjuk Musa bin Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan di Afrika
Utara. Ketika dinasti umayyah di Damaskus runtuh, perkembangan Andalusia
kemudian dipegang oleh seorang pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Mu’awiyah ibn
Hisyam yang berhasil lolos dari buruan bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian
berhasil mendirikan kembali daulah bani umayyah di Andalusia.
Ada beberapa periode masuknya Islam di Spanyol:
·
Periode Pertama
Pada periode ini , Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang
diangkat Kholifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali gangguan keamananmasih
banyak terjadi di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakan
dasar, asas dan tujuan invansi Islam di Spanyol.
·
Periode Kedua
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar
Amir (panglima atau gubernur), tetapi
tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang
oleh Kholifah Abbasiyah di Baghdad Amir pertama adalah Abdurrahman I yang
memasuki Spanyol pada tahun 755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke
Spanyol)
·
Periode Ketiga
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Al-Rahman III yang
bergelar "An-Nasir" sampai munculnya Muluk al-Thawaif (raja-raja
kelompok). Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
"kholifah". Pada periode ini juga umat Islam di spanyol mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd
Al-Rahman mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan
ribu buku.
·
Periode Keempat
Periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih tari tiga puluh negara kecil
dibawah perintah raja-raja atau al-mulukuth-Thawaif. Yang berpusat di suatu
kota, seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya.
·
Periode Kelima
Periode ini terdapat satu kekuatan yang masih dominan, yaitu kekuasaan
Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
·
Periode Keenam
Periode ini , Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah Dinasti
Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abd Al-Rahman Al-Nasir. Namun secara politik, Zdinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari eksistensi umat Islam di
Spanyol.
B.
Perkembangan Pendidikan
Islam di Spanyol
Sebagai kelanjutan dari pembentukan suatu imperium yang kuat dengan
daerahnya yang luas, maka diperlukan-setidaknya-penataan politik yang mapan dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang tinggi. Untuk mewujudkan ambisinya ini,
dengan cukup solid Abd al-Rahman al-Dakhil memanfaatkan potensi ini dengan
sebaik-baiknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada imperiumnya. Adapun
upaya untuk mengembangkan pendidikan dan peradaban dapat dilihat dari beberapa
gerakan, yang kemudian diikuti oleh penguasa Spanyol sesudahnya.
Adapun upaya-upaya tersebut antara lain:
1.
Mendirikan Lembaga
Pendidikan
Demi untuk pengembangan ilmu pengetahun dan kebudayaan di Spanyol, para
penguasa awal mendirikan lembaga pendidikan seperti Kuttab[4] yang dilaksanakan
di mesjid-mesjid. Pada tingkatan ini diajarkan cara menulis, membaca al-Qur’an
dan tata bahasa Arab. Pada tahap selanjutnya didirikan Madrasah sebagai lembaga
pendidikan formal yang terdiri dari sekolah rendah sampai sekolah menengah
atas, dilembaga ini berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan diantaranya Fiqh,
Bahasa dan Sastra, Musik dan Kesenian.[5]
Madrasah–madrasah tersebar diseluruh kekuasaan Islam, antara lain di
Qurthubah (Cordova), Isybiliah (Seville), Thulaithilah (Toledo), Granathah
(Granada) dan lain sebagainya.[6]. Kemudian, guna pengembangan lembaga
pendidikan dan ilmu pengetahuan, khalifah Abd al-Rahman III mencoba merintisnya
dengan mendirikan Universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan.
Universitas ini mengambil tempat disebuah mesjid. Pada masa al-Hakam II
(961-976 M), universitas tersebut diperluas lokasinya, dan bahkan mendatangkan
para profesor dari Timur (al-Azhar dan Nizamiyah).
Di Universitas ini, para mahasiswa mempelajari materi pendidikan
ilmu-ilmu akal,[7] seperti filsafat, matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran,
fisika, seni arsitektur, geografi, ekonomi dan sebagainya, serta pengembangan
ilmu-ilmu naqli (ilmu-ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an dan Hadith.
Universitas Cordova telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang
mencintai ilmu pengetahuan. Untuk pengembangan ilmu-ilmu akal, mereka lakukan
dengan jalan penerjemahan karya-karya Yunani kuno dan Persia kedalam bahasa
Arab, terutama karya-karya Aristoteles dan Plato.
Langkah yang diambil al-Hakam II adalah dalam rangka memajukan pendidikan Spanyol Islam, kemudian diikuti
oleh para penguasa sesudahnya. Bahkan diantara para pengusaha ada yang
menyiapkan istananya sebagai pusat pengkajian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, seperti kajian filsafat, ilmu pengetahuan, dan leteratur. Khusus
di Cordova, telah banyak berdiri lembaga pendidikan dari tingkat rendah sampai
perguruan tinggi kurang lebih 800 buah sekolah.[8] Belum lagi sekolah-sekolah
yang ada di daerah-daerah lain, seperti di Toledo, Seville, Granada dan
lain-lain.
Sangat nampak bahwa lembaga pendidikan pada waktu itu sudah tertata
dengan baik secara professional. Hal ini dapat dilihat dari stratafikasi
tahapan-tahapan pendidikan dari tingkat rendah, madrasah sampai ke perguruan
tinggi, sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, guru, fasilitas, maupun
materi yang diajarkan.
Semangat untuk menuntut ilmu yang diperkenalkan Spanyol Islam, bukan
hanya untuk pelajar muslim saja akan tetapi juga terbuka untuk pelajar
nonmuslin. Sikap toleransi yang ditawarkan, membuat para pelajar nonmuslim berlomba-lomba
untuk menuntut ilmu di Spanyol Islam. Mereka diberlakukan sama sederajat.[9]
Fenomena ini merupakan salah satu faktor penarik perhatian para pelajar untuk
datang dan menimba ilmu pengetahuan ke Spanyol.
Dari uraian diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa pendidikan yang
ditawarkan pada lembaga pendidikan Spanyol Islam tidak bersifat parsial, akan
tetapi bersifat integral. Sistem pendidikannya tidak mengenal ras tertentu.
Semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Ke-obyektifan inilah yang membuahkan nilai kompetisi positif dalam pengembangan
ilmu pengetahuan kearah yang lebih maju. Motivasi umat dalam menuntut ilmu pada
waktu itu bukan disebabkan faktor untuk mendapatkan makan, akan tetapi kerena
dorongan oleh nilai-nilai ajaran agamanya yang mewajibkannya untuk menuntut
ilmu.
Kesadaran inilah yang menupang pendidikan Spanyol Islam pada waktu itu.
Tingginya motivasi agama, telah memotivasi umat Islam berlomba-lomba, apakah
untuk mendirikan lembaga pendidikan, maupun mengisi (belajar) di lembaga
pendidikan yang sudah ada.[10] Upaya swastanisasi lembaga pendidikan yang
ditunjukkan, bukan berupaya mengkomersilkan lembaga tersebut, tetapi berupaya
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya di muka bumi, sebagai ‘abd dan khalifah.
Pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan
komprehensif. Artinya, menawarkan pendidikan agama dan umum secara integral
pada setiap tingkatan pendidikannya, khususnya pendidikan tinggi. Indikasi dari
kedalaman dan keluasan kurikulum Spanyol Islam waktu itu boleh jadi ditentukan
konsekwensi-konsekwensi pratikal yang bermanfaat bagi manusia, sehingga pola
kurikulum yang diterapkan tidakbersifat fleksibel dan adaptik. Untuk pendidikan
kejuruan, kurikulum yang ditawarkan boleh memberikan penekanan khusus pada
spesialisasi yang ditawarkan. Pengembangan kebijaksanaan ini diberikan hak
kepada kebijaksanaan lembaga atau penguasa di mana pendidikan itu dilaksanakan.
Sedangkan metode yang diterapkan, dapat dibagi kepada dua macam. Pertama,
Metode bagi pendidikan formal. Pada pendidikan ini, guru (dosen) duduk diatas
podium. Ia memberikan pelajaran-khususnya pendidikan tinggi-dengan membacakan
manuskrip-manuskrip. Setelah itu guru menerangkan secara jelas. Kemudian materi
itu didiskusikan bersama. Para pelajar diberikan kebebasan untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat, bahkan diperkenankan untuk berbeda pendapat dengan
statemen yang diberikan oleh gurunya, asal mereka dapat menunjukkan bukti-bukti
yang mendukung kebenaran pendapatnya.[11] Mahasiswa biasanya diminta untuk
menghafal materi-materi khusus, menganalisa dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, Metode pendidikan bagi lembaga pendidikan
nonformal, baik di istana maupun diluar istana. Model pendidikan ini menggunakan
metode halaqah.[12] Posisi guru berada diantara pengunjung. Guru mendektikan
sejumlah buku, dan kemudian menjelaskannya secara rinci. Diskusi semacam ini
merupakan metode pengajaran yang telah membumi di Spanyol Islam.
Bila pendekan diatas dianalisa lebih lanjut, terlihat sungguh adaptik,
demokratis, tidak bersifat monoton dan absolut. Antara guru dan peserta didik
terjalin hubungan yang harmonis. Kemerdekaan individu dalam mengeluarkan
pendapat sangat dihargai, dengan bukti dan
argumentasi. Upaya pembelajaran tidak dibatasi ruang dan waktu, situasi
yang kondusif ini yang membuat lembaga pendidikan Spanyol Islam mengalami
kemajuan pesat. Para pelajarnya tidak dibatasi oleh usia dan status sosial.
Ilmu yang yang dimiliki tidak saja menyentuh aspek kognitif, akan tetapi
mencakup aspek afektif dan psikomotorik secara simultan dan integral. Keunikan
inilah membuat pendidikan Spanyol Islam berbeda dengan pola pendidikan yang
ditawarkan pendidikan Islam sebelumnya. Sebab, penekanannya berorentasi
menstimuli seluruh potensi manusia secara komprehensif dan integral.
2.
Pengembangan Perpustakaan
Bagaimanapun juga, kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari
sarana dan prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan.
Untuk itulah khalifah—khalifah Umayyah telah berupaya menyisihkan dana dari kas
negara untuk membangun berbagai sarana pendudukung tersebut secara intensif.
Ini dapat dilihat dari upaya khalifah ‘Abd al-Rahman III (912-961 M) membangun
perpustakaan dikota Granada dengan koleksi hingga mencapai 600.000 jilid buku.
Upaya yang sama juga dilakukan oleh khalifah al-Hakam II (961-976 M) tak
mau kalah dengan upaya yang dilakukan oleh bapaknya. Ia juga membangun
perpustakaan yang terbesar (Greatest Library) di seluruh Eropa pada masa itu
dan masa-masa sesudahnya. Pada masa khalifah al-Manshur (977-1002 M), ibu kota
Umayyah terdapat 73 perpustakaan, dan
sejumlah besar toko buku, mesjid dan istana, ibukota Umayyah memperoleh
popularitas internasional, serta membangkitkan pesona dan kekaguman di hati
para pelancong.[13]
Ambisi dan ketertarikan para khalifah ini telah diakui oleh ahli-ahli
barat dengan mengatakan bahwa, al-Hakam II-begitu juga dengan pendahulunya-,
kurang berminat dan tidak menginginkan peperangan. Mereka lebih tertarik dan
gemar ketenangan. Waktunya lebih banyak dipergunakan untuk mendalami
kesusasteraan. Para wakil-wakilnya ditugaskan untuk menulis dan mencari
buku-buku di dunia Timur (Baghdad), atau melakukan sejumlah penerjemahkan
karya-karya klasik. Bahkan ia sendiri sering menulis surat pada setiap penulis
untuk menjual karangannya tersebut kepada khalifah di Spanyol. Ia tidak
segan-segan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk usahanya itu, yang penting
ia bisa memiliki karya-karya yang ada. Dengan koleksi-koleksi tersebut kemudian
ia serahkan ke perpustakaan, baik perpustakaan pribadi maupun perpustakaan
umum.
Ambisi untuk mendirikan perpustakaan tidak hanya dimiliki oleh para
khalifah. Akan tetapi, juga diminati oleh masyarakat Spanyol Islam. Mereka
mengoleksi berbagai buku bukan untuk keperluan pribadi saja, akan tetapi ia
wakafkan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum, seperti yang dilakukan
oleh Abd Mutrif, seorang hakim di Cordova. Ia telah mengoleksi berbagai
buku-buku langka. Ia juga mempekerjakan enam orang karyawan untuk menyalin
buku-buku tersebut sehingga dapat disebar luaskan pada masyarakat umum. Ia
mengeluarkan dana pribadi yang tidak sedikit untuk melaksanakan ambisinya
tersebut. Bahkan, para wanitapun tidak ketinggalan, mereka berlomba-lomba untuk
mengumpulkan buku-buku, demekian pula para budak.[14]
Dengan fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu yang relatif singkat
pertumbuhan perpustakaan di Spanyol Islam laksana jamur di musim hujan. Kondisi
ini pula yang ikut mendukung bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Spanyol,
sehingga dengan sekejap telah menyulap daerah Spanyol dari Negara yang kaya,
makmur dan maju, disamping kemerdekaan ilmiah yang dikembangkan. Ilmu
pengetahuan bukan hanya milik orang merdeka, akan tetapi juga milik para budak.
Hubungan yang harmonis ini menjadi daya penggerak tersendiri bagi kemajuan
pendidikan yang di perkenalkan Spanyol Islam.
C.
Pola Pendidikan Islam di
Spanyol
1)
Kuttab
Di Andalusia banyak terdapat kuttab-kuttab yang menyebar sampai ke
pinggira kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai macam disiplin
ilmu pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra, music dan kesenian. Kuttab
termasuk lembaga pendidikan yang terendah yang sudah tertata dengan rapi di
saat itu. Pada lembaga ini siswa-siswanya mempelajari berbagai macam ilmu
pengetahuan di antaranya:
a)
Fikih
Pemeluk Islam di Andalusia menganut mazhab Imam Maliki. Tokoh-tokoh yang
termahsyur di sini diantaranya tersebut nama Ziyad ibnu Abd. Ar-Rahman, Abu
Bakar ibn al-Qutiyah, Munzir Ibn Said al-Baluti dan Ibn Hazm yang sangat
popular di kala itu.
b)
Bahasa dan Sastra
Bahasa arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa ini dapat
dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu melakukan
dialog dengan memakai bahasa resmi Islam (bahasa arab), sehingga bahasa ini
menjadi cpat popular dan menjadi bahasa keseharian.
Tokoh-tokoh bahasa tersebut adalah Ibn Sayidih, Ibn Malik yang mengarang
Al-Fiyah, Ibn Khuruf dll. Di bidang sastra tersohor nama Ibn Abd. Rabbih, Ibn
Bassam dan Al-Fath ibn Khaqam.
c)
Musik dan Seni
Di Spanyol berkembang music-musik yang bernuansa arab yang merangsang
tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh music yang bermunculan ketika
itu, di antaranya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Ziryab (789-857)
Ziryab selalu tampil pada acara-acara perjamuan kenegaraan di Cordova,
karena ia merupakan aransemen music yang handal dan piawai pula mengubah
syair-syair lagu yang pantas dikonsumtifkan kepada seluruh lapisan dan tingkat
timur.
2)
Pendidikan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di spanyol merupakan tonggak sejarah
peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga
belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol, sehingga
Spanyol termashyur ke seluruh dunia.
Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang pada
akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal dan setara
dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di Baghdad.
Selain itu, terdapat juga Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Secara
garis besar perguruan tinggi di spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu
pengetahuan yaitu:
a)
Filsafat
Universitas Cordova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya
karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan timur dalam jumlah yang
besar.
Ibnu Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah
kefilsafatan di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya
ibnu Al-Shaiq, yang lebih terkenal dengan nama ibnu Bajjah.
Dilahirkan di Zaragoza, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal
karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia muda. Seperti Al-Farabi dan
Ibnu Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis.
Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawabbid
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy,
sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada
tahun 1185 M. ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat.
Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristotelis yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd
dari Cordova, ia lahir tahun 1126 M dan wafatnya tahun 1198 M. ciri khasnya
adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristotelis dan kehati-hatian
dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dan agama.
Dia juga ahli fiqih dengan karyanya yang termasyhur Bidayah al-Mujtahid
b)
Sains
Tercatat nama Abbas ibn Farnas yang termasyur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.
Perkembangan sains pada daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran,
matematika, kimia dan music serta ilmu lainnya, bahkan ada ilmuan wanita yang
ahli kedokteran, yaitu Umm al-Hasan binti Abi Ja’far.
D.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Pendidikan Spanyol Islam
a.
Adanya dukungan dari para
khalifah yang berkuasa, memjadikan pendidikan Spanyol Islam dengan pesat
berkembang, karena para khalifah sangat mencintai ilmu pengetahuan dan
berwawasan ke depan.
b.
Menyebarnya madrasah-madrasah (sekolah) serta
universitas-universitas di beberapa kota di Spanyol Islam yang sangat terkenal,
seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, dan Granada.
c.
Banyaknya para sarjana
Islam yang datang dari ujung Timur dan ujung Barat wilayah Islam dengan membawa
berbagai buku dan berbagai gagasan. Ini menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam
terdiri dari beberapa kesatuan politik, terdapat juga apa yang disebut kesatuan
budaya Islam.
d.
Adanya persaingan antara
Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan
peradaban. Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya
Universitas Cordova yang menyaingi Universitas Nizamiyah di Baghdad yang
merupakan persaingan positif, tidak selalu dalam peperangan.[15]
Dari beberapa bacaan dapat disimpulkan bahwa, selain dari beberapa faktor
diatas pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan,
yakni dengan murahnya buku-buku bacaan, atau diberikannya penghargaan yang
tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah buku, seberat buku yang
diterjemahkannya.
Hal lain yang juga sangat menarik adalah,pemerintah juga memberikan
subsidi kepada makanan pokok, sehingga masalah pengisian kepala dan pengisian
perut tidak terlalu dihiraukan lagi dan relatif murah dijangkau serta didapat
oleh masyarakat.
E.
Kontribusi Intelektual
Muslim Spanyol
Masyaraakat mulim Spanyol sebagai masyarakat multietnik, keberadaannya
terbangun dari beberapa komponen masyarakat. didalamnya terdiri atas komunitas
arab ( Baik dari utara maupun selatan), orang-orang Spanyol yang masuk Islam
yang di kenal dengan al-Muwalladun, suku Barbar ( Umat Islam Dari Afrika Utara
), al-Shaqalibah , Yahudi, Kristen Muzareb dan Kristen yang menentang
keberadaan Islam di Spanyol.
Semua komponen masyarakat tersebut kecuali yang menentang, saling
bahu-membahu dalam mewujudkan peradaban Islam Spanyol yang pada akhirnya
melahirkan kebangkitan intelektual, baik dalam bidang filsafat, tasawuf, sains,
bahasa dan sastra, kesenian dan musik maupun kemegahan bagungan fisiknya.
a.
Filsafat
Puncak pencapaian intelektual Muslim Spanyol terjadi dalam pemikiran
filsafat. Dalam bidang ini, Muslim Spanyol merupakan mata rantai yang
menghubungkan antara filsafat Yunani klasik dengan pemikiran Latin-Barat.
Selain itu, muslim Spanyol juga turut andil besar dalam mendamaikan antara
agama dengan ilmu, akal dengan iman yang sekaligus menandai akhir abad
kegelapan Eropa. Pada kekhalifahan al-Hakam II (961-976M) ribuan karya ilmiah
filosofis di Impor dari Timur. Karya-karya tersebut terhimpun dalam perpustakaan
pribadinya. Kebijakan al-Hakam yang mendukung terciptanya lingkungan
intelektual inilah yang pada akhirnya turut serta membidani lahirnya
filosof-filosof besar sesudahnya.
Tokoh-tokoh filsafat tersebut antara lain :
Solomon Ben Gabirol ( Didunia barat ia terkenal dengan nama Avicebrol,
Avencebrol) dengan karya monumentalnya adalah Yanbu al Hayah (Sumber
Kehidupan). Ibn Bajjah, Maqnum Opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid (Rezim yang
sendiri). Ibn Thufayl. Maqnum opusnya adalah Hayy Ibn Yaqzhan (yang hidup anak
kesadaran). Ibn Rusyd, diantara karyanya; Tahafut al-Tahafut (kacauanya
kekacauan)
b.
Tasawuf
Dalam bidang tasawuf, Muslim Spanyol juga mempunyai andil besar dalam
perkembangan ilmu ini. Salah satu tokoh terbesarnya adalah Ibn Arabi. Ia
merupakan wakil mazhab iluminasi (Isyraqi) yang dipelopori oleh Suhrawardi
(w.1191 M) di Timur. Corak pemikiran tasawuf Ib Arabi bisa dikatakan dalam
klasifikasi Tasawuf Falsafi, sebab dalam filsafat Ibn arabai adalah seorang
Monist-Panteistik. Salah satu teori terkenalnya adalah Wahdah al-Wujud
(kesatuan eksistensi). Berangkat dari teori ini, tasawuf Islam mengalami
persentuhan dengan gagasan Phanteisme, sebuah gagasan yang menyatakan ”Tuhan
mengejawantahkan dirinya pada manusia”. Pemikiran Ibn Arabi bukan hanya berpengaruh
pada lingkaran sufi Persia dan Turki tetapi juga pada mazhab skolastik Kristen
yang di sebut Mazhab Agustinian. Diantara karya-karyanya, yang paling membuat
ia terkenal adalah al-Futuhat al-Makiyyah (penyingkapan Mekkah) dan Fushush
al-Hikam (kantong-kantong kebijaksanaan) serta al-Isra’ ila Maqam al-Asra yang
mengembangkan tema pendakian nabi sampai langit ketujuh. Menurut K. Hitti karya
ini lebih dahulu dari karya Dente Aligeri.
c.
Bidang Sains
Dalam bidang sains Muslim Spanyol juga turut membidani lahirnya
tokoh-tokoh terkenal,antara lain:
1.
Bidang Kedokteran
Tokoh terkenalnya adalah Ibn Rusdy. Selain sebnagai filosof ia juga ahli
kedokteran . namun kemahirannya dalam filsafat membuat keahlian dalam
kedokterannya tertutupi. Karya Monumentalnya dalam bidang ini adalah
al-Kulliyat fi al-Thibb (generalitas dalam kedokteran).
2.
Bidang Astronomi
Kajian-kajian astronomi di Spanyol mencapai puncaknya setelah pertengahan
aabad k-10 dan berkembang pesat melalui kontribusi dari penguasa Cordova,
Seville, dan Toledo. Para ahli astronomi Spanyol pada Umumnya mempercayai
pengaruh bintang sebagai sebab terjadinya berbagai peristiwa penting antara
kelahiran dan kematian manusia di dunia ini. Selain itu dalam mengembangkan
pemikiran Astronominya mereka memakai kerangka karya-karya astronomi dan
astrologi yang di tulis oleh ahli astronomi Muslim Timur. Para ahli astronomi
paling awal dari Muslim Spanyol adalah al-Majriti (w.1007) darai Cordova,
al-Zarqali (1029-1087M) dari Toledo dan Ibn Aflah (w. antara 1140-1150M).
3.
Bidang Sejarah
Dalam bidang ini terdapat 2 tokoh yang amat terkenal, yaitu Ibn Khatib
dan Ibn Khaldun. Ibn Khatib (1313-1374M) berasal dari keluarga arab yang pindah
ke Spanyol dari Suria. Ia terkenal dengan karyanya yang menceritakan tentang
riwayat Kota Granada. Sedangkan Ibn Khaldun (1332-1406M) lahir di Tunis. Karya
monumentalnya dalam sejarah adalah “ Kitab al-Ibar Wa diwan al-Mubtada, Wa
al-Khabar Fi Ayyam al-Arab Wa al-Ajam Wa al-Barbar ” (buku tentang ibarat,
daftar subjek dan prediket, serta sejarah bangsa Arab, Persia dan Berber). Buku
tersebut terdiri atas 3 bagian, bagian pertama berisi Muqaddimah yang menjadi
jilid pertama. Bagian kedua bagian utanma yang membahas kehidupan orang Arab
dan bangsa-bangsa sekitarnya. Bagian ketiga berisi tentang sketsa sejarah
Berber dan dinasti-dinasti Muslim afrika.
Namun demikian, ketenaran Ibn Khaldun sebagai sejarawan sesungguhnya
terletak dalam Muqaddimahnya. Dalam bukunya tersebut dipaparkan teori
perkembangan sejarah yang menempatkan dua aspek social berupa fakta-fakta fisik
tentang iklim dan geografi serta aspek moral dan spiritual yang mempengaruhi
perkembangan social.
4.
Bidang Geografi
Tokoh dalam bidang ini adalah al-Bakri dan al-Idrisi. Al-Bakri meninggal
tahun 1094, ia merupakan ahli geografi pertama yang mashur pada abad 11 M.
karya monumentalnya adalah “al-Masalik wa al-Mamalik”(buku mengenai jalan dan
kerajaan). Sedangkan al-Idrisi lahir di Ceuta pada tahun 1100 M. karya
monumentalnya adalah ”Kitab Nadzah al-Muslak Fi Ikhtira al-Afaq” dan “Kitab
al-Jami’ Li asytat an-Nabat”. Sumbangannya terhadap pengetahuan adalah
menggambarkan secara astronomis letak suatu tempat dipermukaan bumi.
Selain kedua nama di atas, terdapat juga nama Ibn Jubayr dan Ibn
Baththutah. Ibn bathuthah lahir di Tangier pada tahun 1304 dan meninggal di
Maroko pada tahun 1377. Dalam perjalanan ketimurnya, Ibn Bathuthah mencapai
Ceylon, Bengal, Benua Maldive dan China. Sedangkan dalam perjalanan terakhirnya
pada tahun 1353 ia sampai pedalaman Afrika.
d.
Musik Dan Kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian, Muslim Spanyol terkenal dengan tokohnya
al-Hasan Ibn Nafi yang mendapatkan julukan Zaryab. Selain itu, ia juga terkenal
dengan kemahirannya dalam menggubah lagu. Kemahirannya tersebut bukan hanya
untuk dinikmatinya sendiri malainkan ia juaga mengajarkannya pada anak-anaknya
baik pria maupun wanita seta pada budak-budaknya.
e.
Bahasa dan Sastra
Tokoh yang terkenal dalam bidang ini adalah Muhammad Ibn al-Hasan
al-Zubaydi (928-989M) dan Ali Ibn Hazm (994-1064M). al-Zubaydi pada masa
al-Hakam diangkat menjadi pengawas pendidikan anak laki-lakinya Hisyam yang
pada akhirnya di angkat menjadi Qadhi dan ketua Pengadilan di Seville. Karya
utamanya adalah daftar klasifikasi ahli tata bahasa dan ahli filologi yang
bermunculan sepanjang hidupnya.
Sedangkan Ibn Hazm merupakan pujangga besar dan yang mempunyai pemikiran
murni. Menurut Ibn Khalikhan dan al-Qifthi bahwa Ibn Hazm memiliki karya tak
kurang dari 4 ratus jilid buku yang berisi tentang sejarah, teologi, hadis,
logika dan puisi. Salah satu bukunya adalah “ Thauq al-Hamamah”(kalung merpati)
sebuah antologi syair-syair cinta yang memuja konsep cinta Platonis.
Selain itu, pada saat Islam berkuasa bahasa Arab menjadi bahasa
adminitrasi pemerintahan. Keadaan yang demikian itu dapat di terima oleh
golongan muslim maupun non Muslim, bahkan penduduk asli Spanyol menduakan bahas
alsi mereka.
F. Kontribusi Peradaban Spanyol Terhadap Kemajuan Eropa
Ketika Spanyol
Islam berada dimasa keemasan, pada saat kepemimpinan khalifah ‘Abd al-Rahman
III, kemudian dilanjutkan oleh Hakam II serta al-Hajib al-Manshur, ditandai
dengan kebagkitan dinamika intelektualitasnya dalam segala bidang ilmu
pengetahuan secara integral dan harmonis.[16] Di sisi lain, pada waktu yang
bersamaan dunia belahan Eropa mengalami stagnasi ilmu pengetahuan. Dogma
gerejani yang melarang mempelajari dan menganggap filsafat dan ilmu Yunani
berbahaya bagi agama Masehi (Kristen), menyebabkan faktor utama terjadinya
zaman kegelapan di dunia Eropa. Banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan
filsafat Yunani ditutup, seperti yang dilakukan oleh Gestanian yang menutup
sekolah-sekolah Athena.
Kondisi inilah
yang menyebabkan banyak ilmuan Eropa yang haus akan ilmu pengetahuan, keluar
dari negaranya. Perkenalan mereka dengan dunia Islam menyebabkan mereka kagum
dengan kebijaksanaan pemerintah dan semangat umat dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Ketertarikan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka untuk
lebih mengetahui dan sekaligus menggali khazanah keilmuan dunia Islam. Manuskrip Yunani yang telah “diselamatkan” dan
di tambal oleh Islam mereka pelajari. Stimuli inilah yang memberikan inspirasi
bagi para orientalis untuk menanamkan ide pencerahan dan kebangkitan Eropa
dalam masa suramnya.[17] Mereka berusaha mentransfer ilmu pengetahuan yang
berkembang di dunia Islam ke dunia Eropa, dengan jalan menterjemahkan sejumlah
buku-buku, mengirimkan para pelajar untuk menuntut ilmu di Spanyol Islam.
Mereka banyak belajar di dunia Islam, seperti sistem dan materi ilmu
pengetahaun inilah yang mereka kembangkan di sekolah dan universitas Eropa.
Mereka tidak hanya mempelajari asas-asas pemikiran Yunani Kuno, akan tetapi
juga mengkonsumsi muatan-muatan pemikiran muslim yang final dan siap pakai.
Dari sinilah kemudian lahir beberapa lembaga pendidikan di Eropa, seperti
Universitas Salermo (spesialis kedokteran), Bologna (spesialis hukum) di
Italia. Universitas Paris dan Montpellier di Perancis, dan Universitas
Cambridge (1209 M).[18]
Demikianlah
upaya besar-besaran yang dilakukan oleh para ilmuan Eropa dalam mentransfer
ilmu pengetahuan di dunia Islam pada abad pertengahan, khususnya di Spanyol
yang secara geografis lebih dekat dengan negara-negara non muslim di Eropa,
sehingga melahirkan reaksi terhadap kebijakan gerejani secara nyata.
Konsekuensi dari upaya ini akhirnya membuahkan apa yang disebut renaissance.
Sebagaimana di
depan telah di singgung bahwa Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi
Eropa dalam menyerap peradaban Islam. Baik dalam hubungan politik, social,
maupun perekonomian dan peradaban antar Negara. Muslim spanyol juga telah
menorehkan tinta emas dalam sejarah bangsa Eropa. Mereka merupakan mata rantai
paling penting yang menghubungkan antara khasanah filsafat Yunani klasik dengan
bangsa-bangsa Eropa.
Dalam proses
peralihan khasanah ilmu pengetahuan dari Islam ke Barat, kota Toledo merupakan
saluran utama, Sebab kota Toledo merupakan satu-satunya kota penting dalam
pembelajaran Umat Islam setelah penguasaan Kristen atas Spanyol pada tahun
1085M. Dalam pandangan Mehdi Nakosteen proses tranmisi tersebut terbangun melalui
2 saluran utama, yaitu Pertama melalui para mahasiswa dan cendikiawan dari
Eropa Barat yang belajar di sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas
Spanyol. Kedua melalui terjemahan karya Muslim dari sumber-sumber berbahasa
Arab.
Fakta real yang
tidak bisa dipungkiri adalah bahwa tingginya peradaban intelektual Muslim
Spanyol telah menginspirasi gerakan-gerakan pencerahan di Eropa. Salah satu
ilmuan penting tersebut adalah Ibn Rusdy. Melalui pemikirannya bangsa Eropa
mampu menemukan pemikiran Aristoteles yang menganjurkan kebebasan berfikir dan
melepaskan belenggu taklid dari golongan gerejawan.
Tingginya animo
masyarakat Eropa terhadap pemikiran Ibn Rusdy, pada akhirnya melahirkan gerakan
Averroisme yang berujung pada lahirnya reformasi pada abad ke-16 M dan
Rasionalisme pada abad ke-17M. Karya-karya Ibn Rusdy banyak yang diterjemahkan,
setidaknya pada tahun 1553 dan 1557M buku Ibn Rusdy di terbitkan dalam edisi
lengkapnya. Selain itu juga, pada abad ke-16 buku-buku tersebut juga
diterbitkan di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg.
Tingginya
gerakan penerjemahan karya-karya ilmuan Muslim oleh bangsa Eropa, di awali oleh
inisiatif uskup besar Raymond I (1126-1152). Atas inisiatif uskup tersebut
dibangunlah sekolah khusus untuk menerjemahkan di kota Toledo. Dari sekolah ini
lahir penerjemah-penerjemah dalam jumlah besar antara kurun 1135 sampai 1284 M.
Salah satu karya
dari lembaga ini adalah diterjemahkannya “Buku al-Jabar“ karya al-Khawarizmi
pada tahun 1145 oleh Robert Chester dan terjemahan al-Qur’an dalam bahasa latin
pada tahun 1143 bersama Dalmatin. Di kota Toledo pula didirikan sekolah
Orientalisme yang pertama pada tahun 1250 atas permintaan para pendeta dengan
misi untuk mencetak para misionaris yang bertujuan untuk mengkristenkan umat Islam
dan Yahudi.
Universitas
pertama yang didirikan di Eropa adalah universitas paris yang didirikan pada
tahun 1231M 30 tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan
Eropa barau berdiri 18 buah Universitasa. Di universitas-universitas tersebut,
ilmu yang diperoleh dari Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti
dan filsafat. Adapun pemikiran filsafat yang paling di gemari di Eropa adalah
pemikiran al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusdy.
Sekitar akhir
abad ke-13 M seluruh ilmu pengetahuan dari Islam bisa dikatakan telah selesai
ditaransmisikan ke Barat. Berangkat dari sini pula gerakan-gerakan penting
lahir di Eropa, seperti Gerakan Renaisance sekitar abad ke-14M yang di awali di
Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M
serta zaman pencerahan (Aufklaerung) pada abad ke-18 M.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, M.
Athiyah, Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Terj. H.Bustami, Jakarta: Bulan Bintang,
1990.
Fachruddin, Fuad
Mohd., Perkembangan Kebuayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Fahmi, Asma
Hasan, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Terj. Ibrahim Husaein, Jakarta:
Bulan Bintang, 1979.
Hitti, Philip
K., History of the Arab, terbitan Palgrave Macmillan, edisi revisi ke-10, New
York: 2002.
Nakosteen,
Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat; Deskripsi Analisis Abad
Keemasan Islam, Terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Surabaya: Risalah
Gusti, 1996.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek,
Jilid I, Jakarta: UI Press, 1979.
Nata, Abuddin,
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.
Nizar, Samsul,
Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Potret Timur Tengah Era Awal
dan Indonesia, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
Yunus, Mahmud,
Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989.
Harum, Maidir.
2001. Sejarah Pendidikan Islam. Padang: IAIN Imam Bonjol.
Munir, Syamsul.
2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Nizar, Samsul.
2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Syalabi, Ahmad.
1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Thahir, Ajid. 2004.
Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Yatim, Badri.
1995. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Yatim, Badri.
2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar